JAKARTA - Banyak ilmu sekaligus pengalaman yang dipetik Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia) selama berada di Olimpiade 2020 Tokyo. Selain mengamati konsep penyelenggaraan di masa pandemi COVID-19, lembaga non-pemerintah (NGO) ini juga mengamati sistem pembinaan olahraga seluruh NOC di dunia.
“Penyelenggaraan multi event, tak cuma Olimpiade, itu kan menghasilkan legacy, di mana legacy. Tapi, legacy itu dibangun dari sistem. Jadi NOC Indonesia saat ini berusaha membangun sistem yang kelak dapat menjadi acuan untuk ke depannya,” kata presiden NOC Indonesia, Raja Sapta Oktohari, dalam keterangan resmi NOC yang diterima VOI, Senin, 2 Agustus.
Okto yang juga menjabat sebagai Wakil Presiden Konfederasi Balap Sepeda Asia (ACC) ini menerangkan, NOC Indonesia langsung memelajari dengan seksama segala kompenen dalam penyelenggaraan Olimpiade. Baik sistem olahraga, pembinaan atlet, pelatih, wasit, penyelenggara event, hingga venue.
“Jadi apabila sewaktu-waktu Indonesia menjadi penyelenggara multi event international, kita sudah siap,” kata Okto.
“Terlebih, Kemenpora sudah memiliki cetak biru yang menetapkan Olimpiade mnejadi tujuan akhir pembinaan prestasi. Jadi di sini, kami juga melihat bagaimana pembinaan prestasi negara-negara yang datang dengan kontingen besar.”
BACA JUGA:
Jika sistem telah terbentuk, Okto yakin, partisipasi atlet Indonesia pada setiap penyelenggaraan Olimpiade ke depan akan bertambah. Kondisi ini juga akan diikuti oleh peningkatan prestasi olahraga Indonesia di kancah dunia.
Okto menjelaskan, Indonesia juga perlu memelajari program pembinaan yang dilakukan beberapa negara lain. Seperti China yang merencanakan peak performance para atletnya saat tampil di Olimpiade. Mereka sudah tidak melihat sasaran kecil lagi tetapi sasaran besar.
"Masalah ini yang sebetulnya perlu kita diskusikan lebih tajam lagi dengan cabang-cabang olahraga. Jangan sampai kita puas dengan prestasi pada event kategori kecil saja. Ke depan, kita harus bisa melahirkan atlet yang mampu berprestasi di Olimpiade," tambahnya.