Ahmed Hafnaoui, Perenang Muda Tunisia  yang Membuat Kejutan Pertama di Olimpiade Tokyo
Perenang Tunisia Ahmed Hafnaoui merayakan suksesnya menjuarai final 400 meter gaya bebas putra Olimpiade Tokyo 2020. (foto: dok. antara)

Bagikan:

JAKARTA - Ahmed Hafnaoui, pemuda berusia 18 tahun dari Tunisia, mengguncang cabang renang di Olimpiade  2020, Tokyo. Tampil di final gaya bebas 400 M putra, ia menempati lintasan delapan, sebagai perenang non unggulan. Namun lomba yang digelar Minggu, 25 Juli  pagi di Tokyo Aquatics Centre memunculkan kejutan!

Remaja usia 18 tahun dari Tunisia itu menjadi atlet pertama di kolam renang Tokyo 2020 yang membuat kejutan, dengan merebut emas dan mengalahkan para perenang unggulan asal AS dan Australia.

Dari lintasan 8 itu dia menyisihkan nama-nama besar seperti juara dunia Jack McLoughlin dari Australia dan perenang Jerman Henning Bennet Muhlleitner serta Felix Auboeck dari Austria yang berenang di lintasan emas 4 dan 5, dalam nomor 400 meter gaya bebas putra.

Memang bukan rekor Olimpiade, dan apalagi bukan rekor dunia, tetapi waktu yang dia bukukan 3 menit 29,69 detik adalah yang tercepat dalam final 400 meter gaya bebas putra Olimpiade Tokyo itu.

McLoughlin sendiri tercecer 3,7 detik di belakang Hafnoui sehingga harus puas mendapatkan medali perak, sedangkan Kieran Smith dari Amerika Serikat kebagian medali perunggu setelah menjadi perenang ketiga tercepat yang menyentuh dinding kolam.

"Saya sungguh tak percaya. Ini mimpi yang menjadi kenyataan. Luar biasa, ini lomba terbaik saya," kata Hafnaoui seperti dikutip BBC.

Ahmed Hafnaoui bukan perenang unggulan. (foto: instagram @ahmed.hafnaoui)

Ini adalah emas kelima Tunisia selama berkiprah dalam Olimpiade, dan sekaligus yang ketiga dari kolam renang.

Pada pagi dia memenangkan lomba ini, tepatnya pada final keempat dan merupakan final terakhir untuk hari ini di kolam renang, kejutan lain tercipta saat Australia yang menjadi juara bertahan estafet 4x100 meter putri memecahkan rekor dunia dan Olimpiade.

Kuartet yang terdiri dari dua bersaudara Bronte dan Cate Campbell, Emma McKeon dan Meg Harris mencatat waktu 3 menit 29,69 detik yang merupakan rekor dunia dan Olimpiade yang baru.

Dua medali emas lainnya digondol oleh perenang Amerika Serikat Chase Kalisz dari 400m gaya ganti perseorangan putra setelah mencatat waktu 4 menit 9,42 detik dan perenang tuan rumah Yui Ohasi yang finis tercepat dalam final 400m gaya ganti putri setelah mencatat waktu 4 menit 2,08 detik.

Namun yang paling mengejutkan di antara itu semua tentu saja adalah Ahmed Hafnaoui. Apalagi saat memasuki final ini, putra dari mantan pemain basket Tunisia Mohamed Hafnaoui itu menjadi perenang bercatatan waktu paling lambat dibandingkan dengan tujuh perenang lainnya dalam final itu.

Sebelum merebut medali emas, dia bahkan memiliki catatan waktu terbaik sepanjang karirnya pada 3 menit 49,9 detik.

Kerja Keras

Namun itu tidak membuatnya berkecil hati. Dia menggenjot kayuhan dan gerakan tubuhnya pada 50 meter terakhir untuk menjadi perenang pertama yang menyentuh dinding kolam yang berselisih 2,22 detik lebih cepat dari waktu tercepat yang dia torehkan pada kualifikasi.

Begitu berbalik melihat papan catatan waktu elektronik, dia kaget. tak mengira telah menjuarai lomba ini. Dia kemudian mengepalkan tangannya ke udara sambil diarahkan kepada papan catatan waktu elektronik itu.

Ketika diminta menjelaskan bagaimana dia bisa melesat bagai meteor dari semula sebagai perenang yang hanya finis urutan delapan dalam Youth Olympic Games 2018 menjadi juara Olimpiade 2020, Ahmed Hafnaoui menjawab, "saya cuma bekerja keras bersama pelatih saya, itu saja."

Hafnaoui menjadi orang Tunisia kedua yang menyabet medali emas Olimpiade setelah spesialis renang jarak jauh Oussama Mellouli mempersembahkan medali emas 1.500 meter dan 10.000 meter gaya bebas putra pada Olimpiade Beijing 2008, kepada Tunisia. Itu terjadi saat Hafnaoi masih berusia lima tahun.

Tetapi Hafnaoui mengaku berhubungan baik dengan seniornya itu yang masih akan memperkuat negaranya di Tokyo 2020 dengan berlomba pada nomor spesialisasinya 10.000 meter. "Saya berteman dengan dia. Dia legenda. Saya berdoa semoga seperti dia suatu hari nanti," kata dia.

Hafnaoui sudah mengawali langkah ke arah level di mana Mellouli sang senior berada. Tetapi tetap saja kemenangan ini masih mengejutkannya. Dia tak menyangka medali emas Olimpiade menjadi miliknya.

"Tentu saja saya sendiri kaget. Luar biasa. Saya belum yakin sampai saya menyentuh dinding dan melihat saya menjadi yang pertama," kata Hafnaoui seperti dikutip Daily Mail.

Sebaliknya Jack McLoughlin sama sekali tidak kaget kepada kejutan yang diciptakan Hafnaoui. "Ini Olimpiade dan segalanya bisa terjadi. Ahmed juara dan mencatat waktu terbaik itu sungguh hebat, salut untuk dia," kata McLoughlin, sportif.

McLoughlin yang menjadi favorit emas untuk nomor ini juga tak menyalahkan siapa dan apa pun, termasuk kondisi sulit akibat pandemi.

Dia juga tak mengeluhkan protokol kesehatan yang ketat diberlakukan Jepang, apalagi negaranya Australia sama kerasnya dalam menerapkan protokol kesehatan COVID-19.

Pun dia tak mau sembarangan berkata soal doping dalam nomor ini, walaupun penguasa nomor ini yang berasal dari China, Sun Yang, tersangkut skandal doping sampai kemudian dilarang mengikuti lomba-lomba internasional, termasuk Olimpiade Tokyo ini.

"Kami menjalani tes yang ketat, sudah biasa. Sejak kami di sini, kami menjalani banyak tes dan Jepang sudah melakukan hal yang sungguh bagus dalam tes doping kepada semua orang," kata McLoughlin.

Berikutnya 800 M Gaya Bebas

Nada sama sportif disampaikan oleh perenang Amerika Serikat Kieran Smith yang kebagian perunggu dalam nomor ini.

Smith mengaku memang tak tahu sedikit pun soal perenang Tunisia itu, tetapi sama sekali tak ada nada ragu kepada si peraih medali emas 400m gaya bebas putra itu.

“Dia juara Olimpiade 400 meter gaya bebas. Itu saja yang saya tahu,” kata dia seperti dikutip Reuters. “Saya bangga sekali kepada dia,” sambung dia, kali ini dengan nada sportif sekali.

Sementara itu, Hafnaoui yang mulai masuk program renang nasional Tunisia dalam usia 12 tahun, terus saja mengumbar senyum sepanjang seremoni penyerahan medali, dan selama jumpa pers dengan wartawan peliput Olimpiade Tokyo.

Dia bahkan diminta untuk berselfie oleh mereka. Tapi di atas suasana gembira membuncah tinggi itu, Hafnaoui memuji habis-habisan tim pelatihnya yang dia sebut bekerja terlalu keras malah.

“Saya kini juara Olimpiade,” kata dia.

Tetapi tahukah Anda ketika tiga tahun lalu, ditanya oleh koran La Presse apa target dia dalam Olimpiade 2020 ini. Dia jawab medali emas, bukan 400meter gaya bebas, melainkan 800 meter!

Dia akan masuk lagi kolam renang Tokyo Aquatics Centre esok Selasa. Selanjutnya dia akan adu cepat dengan perenang-perenang lain dalam nomor yang sejatinya dia inginkan mendapatkan medali emas, 800 meter gaya bebas putra.

Tapi sang juara Olimpiade ini adalah remaja pada umumnya yang senang kumpul-kumpul bersama teman dan bermain sepak bola.

Dia bilang berencana kuliah di Amerika Serikat, negeri di mana kompetisi renang berlangsung ketat sampai menciptakan manusia-manusia super di kolam renang termasuk Micheal Phelps yang melegenda, atau jagoan renang Singapura Joseph Schooling.

Yang jelas, petualangan Ahmed Hafnaoui masih akan berlanjut, tak berhenti pada Olimpiade Tokyo. Olimpiade dan turnamen-turnamen lain setelah ini sudah masuk buku agendanya.