JAKARTA - Ligue 1 dan Ligue 2 musim 2019-2020 dinyatakan berakhir pada 28 April karena pandemi COVID-19 tidak kunjung usai. Tapi ternyata, keputusan itu disesali banyak pihak.
Perdana Menteri Prancis Edouard Philippe mengumumkan dalam pidatonya di Majelis Nasional bahwa sepak bola profesional tidak akan dapat dilanjutkan sebelum September. Prancis mengikuti langkah yang dilakukan Eredivise Belanda beberapa waktu sebelumnya
Sejak itu, liga-liga besar Eropa lainnya justru kembali bergulir atau setidaknya berencana kembali untuk menyelesaikan musim 2019-2020.
Alhasil, beberapa klub Ligue 1 secara aktif memprotes pembatalan liga. Presiden Lyon Jean-Michel Aulas yang paling vokal menentang keputusan tersebut.
BACA JUGA:
Dengan dihentikannya musim, otomatis Lyon tidak mendapat jatah di kompetisi Eropa musim depan. Padahal sebelumnya, Aulas meminta sistem play-off diterapkan untuk menentukan siapa yang memenuhi syarat untuk bermain di kompetisi UEFA.
Sementara itu, pemerintah Perancis tetap berpegang teguh pada sikap mereka bahwa olahraga tidak akan dimainkan sampai September karena pagebluk COVID-19.
Selon l’UEFA, il est possible de finir la saison par des playoffs ⤵️ https://t.co/U6EyldOLdV
— Olympique Lyonnais (@OL) June 6, 2020
"Penghentikan (kompetisi) itu mengejutkan klub dan sekarang mereka sangat menyesal melihat bahwa Ligue 1 adalah satu-satunya klub lima liga teratas Eropa yang tidak akan kembali," jurnalis L'Equipe Antoine Maumon mengatakan kepada MARCA.
Menteri Olahraga Prancis, kata Maumon, juga mengatakan bahwa olahraga tidak akan menjadi prioritas sampai kembalinya normalitas di Prancis.
"Ini (sepak bola) menjadi satu-satunya sektor ekonomi yang tidak memiliki rencana normalitas untuk kembali."
Paris-Saint Germain telah dinobatkan sebagai juara, tetapi sekarang mereka harus menyaksikan sesama pesaing Liga Champions menyelesaikan musim di La Liga Santander, Bundesliga, Liga Premier dan Serie A.