MERSEYSIDE - Everton sedang menyelidiki dugaan nyanyian homofobia selama kemenangan 3-1 The Toffees atas Chelsea di Liga Premier, Sabtu, 7 Desember.
Everton mengatakan mereka dan organisasi kesetaraan dan inklusi Kick It Out menerima laporan, nyanyian tersebut terdengar selama pertandingan di Goodison Park.
'The Toffees' membenarkan dugaan nyanyian tersebut ditujukan kepada pendukung Chelsea oleh sekelompok kecil penggemar tuan rumah.
Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh klub pada hari Minggu berbunyi: "Everton bekerja bersama dengan Kick It Out dan telah memulai penyelidikan dalam nyanyian homofobia yang dilaporkan selama pertandingan Liga Premier Sabtu kemarin melawan Chelsea.
"Baik klub dan Kick It Out telah menerima laporan tentang nyanyian homofobia yang ditujukan untuk para penggemar Chelsea oleh sebagian kecil dari penonton tuan rumah.
"Homofobia tidak memiliki tempat di dalam stadion kami, klub kami, komunitas kami atau pertandingan kami. Klub itu sangat mengutuk perilaku seperti itu dan sedang melakukan penyelidikan menyeluruh yang akan mencakup hubungan dengan Polisi Merseyside."
Nyanyian homofobia ini memang terjadi di antara dua kubu suporter. Karena saat ini, di Liga Premier tidak ada pesepak bola yang mengaku gay secara terang-terangan.
Tetapi, pada musim 2010/11 dan 2012/13 pernah ada seorang pemain gay yang berlaga di liga tersebut, yakni Thomas Hitzlsperger. Namun, ia baru mengaku sebagai gay setelah pensiun, tepatnya pada 2014.
Sementara itu menurut data tahun 2008. Sedikitnya 12 pemain yang berlaga di Liga Premier merupakan gay. Hal tersebut diungkapkan mantan bek Chelsea Paul Elliott dalam sebuah forum untuk kampanye anti-homofobia, 17 Oktober pada tahun itu.
Kata Elliot, 12 nama pemain di Liga Inggris tersebut mengaku takut mengungkapkan orientasi seksual mereka. Bahkan, rekan setim mereka banyak yang tidak tahu.
Sementara itu bek Arsenal Hector Bellerin pernah merasa sakit hati karena hinaan bernada homofobia yang diterimanya dari orang-orang pada musim 2018-2019. Hinaan itu didapat Bellerin karena rambut panjangnya yang kerapkali dibiarkan terurai ketika dirinya sedang tidak bermain sepak bola.
Bagi Bellerin, apa yang dialaminya ini adalah imbas dari adanya sebuah ide tentang bagaimana seorang pesepak bola seharusnya terlihat. Mereka yang menyimpang, sudah pasti akan dijadikan olok-olokan.
"Seringkali aku menerima hinaan di dunia maya, tetapi terkadang di stadion pun aku mendengarnya. Mereka memanggilku 'lesbian' karena aku memanjangkan rambut," ungkap Bellerin, melansir The Times.