Tanpa Penonton, Liga Jepang Tetap Sarat Emosi dengan Aplikasi Sorak-sorai Jarak jauh
Ilustrasi stadion kosong (Twitter @J_League_EN)

Bagikan:

JAKARTA - Bicara tentang Jepang memang tidak bisa lepas dari kecanggihan teknologinya yang membuat negara lain di dunia malu dan merasa tertinggal. Kali ini, di dunia sepak bola, Negeri Matahari Terbit membuat terobosan baru.

Liga sepak bola Jepang akan kembali bergulir di tengah pagebluk COVID-19 yang belum takluk, di mana pertandingan akan digelar di stadion tanpa penonton. Tetapi aplikasi smartphone terbaru akan membuat suasana hening stadion menjadi pertandingan yang sarat emosi. 

Sistem Remote Cheerer yang dikembangkan perusahaan Jepang Yamaha memungkinkan penggemar mengikuti pertandingan di TV, radio atau online untuk memberi semangat - atau mencaci-maki - pemain melalui smartphone mereka. Suara mereka bergema di sekitar stadion secara real time melalui pengeras suara.

Dalam uji lapangan baru-baru ini, pengguna di beberapa lokasi terpencil memilih dari berbagai opsi di layar yang mengirimkan sorakan, tepuk tangan, nyanyian, dan celoteh ke Shizuoka Stadium Ecopa yang berkapasitas 50 ribu tempat duduk melalui 58 pengeras suara yang dipasang di antara kursi kosong.

Melansir The Guardian, Rabu, 27 Mei, aplikasi ini juga memungkinkan penggemar untuk mempertanyakan penglihatan wasit, atau kebiasaan makan para pemain yang berjuang untuk tetap bugar selama liga ditangguhkan akibat pagebluk.

"Pengguna dapat merasakan kehadiran di tempat tersebut, meskipun itu adalah stadion besar," kata Yamaha dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa sistem tersebut "menunjukkan kemampuan untuk menciptakan suasana penonton yang mirip dengan pertandingan nyata.”

Yamaha mengatakan akan meningkatkan aplikasi, yang dikembangkan dengan bantuan dari klub J-League Jubilo Iwata dan Shimizu S-Pulse, sehingga dapat diadaptasi untuk digunakan di berbagai olahraga dan acara lain yang diadakan tanpa penonton atau dengan jumlah penonton terbatas.

"Para penggemar adalah elemen penting dari atmosfer pertandingan," kata Jumpei Takaki dari divisi penjualan di S-Pulse. "Sebagai mantan pemain sepak bola profesional, saya tahu betapa menggembirakan dukungan mereka bagi para pemain di lapangan."

Jepang bermain aman dalam beralih ke teknologi untuk menghasilkan atmosfer pertandingan yang sesungguhnya. Ketika liga sepak bola profesional Korea Selatan dibuka awal bulan ini, panitia berusaha menciptakan suasana yang mirip dengan menyalurkan musik ke stadion yang kosong. Tapi sepekan kemudian, upaya FC Seoul untuk menambahkan sentuhan realisme dengan mengisi beberapa kursi stadionnya menjadi bumerang setelah pemirsa menunjukkan bahwa 'penonton palsu' itu sebenarnya adalah boneka seks. Klub kemudian meminta maaf.

Olahraga profesional di Jepang siap aktif kembali dalam beberapa pekan mendatang. Perdana menteri, Shinzo Abe, mencabut keadaan darurat di seluruh negara pada hari Senin menyusul penurunan angka signifikan dalam kasus infeksi baru.

J-League diperkirakan akan melanjutkan pertandingan pada akhir Juni atau awal Juli sambil menunggu persetujuan dari 58 timnya.

Kompetisi top liga Jepang secara singkat dimulai pada 21 Februari, dengan divisi kedua menyusul dua hari kemudian, sebelum semua pertandingan ditunda karena pagebluk COVID-19. Klub-klub di tingkat ketiga liga seharusnya mulai bermain pada 7 Maret.

Dengan adanya aplikasi smartphone seperti ini, Jepang telah mengalahkan Spanyol dan Jerman dalam urusan teknologi. La Liga masih mempertimbangkan untuk membuat suara penonton palsu di stadion saat pertandingan dimainkan secara tertutup, sementara Bundesliga menyematkan atmosfer suara penonton dalam siaran langsung televisi sejak liga dimulai kembali dua pekan lalu.