Bagikan:

JAKARTA - Agenda Partner Summit 2024 tuntas digelar PSSI di Jakarta pada Senin, 16 Desember 2024, sore WIB. PSSI menjadikan agenda ini sebagai momen untuk laporan kepada pencinta sepak bola Tanah Air dalam hal pengelolaan untuk memajukan sepak bola.

Dihadiri langsung oleh Ketua Umum (Ketum) PSSI, Erick Thohir, ia menyebut bahwa dalam mengelola sepak bola tak bisa hanya dijalani oleh satu pihak.

Kehadiran sejumlah stakeholder yang turut membantu berbagai aspek, termasuk finansial, jelas sangat dibutuhkan.

"Ya, (agenda) ini juga sebagai laporan ke publik bahwa memang dalam membangun sepak bola itu tidak mungkin stakeholder tidak bersatu," kata Erick Thohir selepas acara.

"Kita bisa lihat dari private sector banyak sekali yang dukung. Brand-nya juga luar biasa, brand yang memang dekat dengan sepak bola juga olahraga," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Erick Thohir juga mengatakan bahwa agenda ini bukan cuma digelar untuk mengapresiasi jenama yang menjadi partner bagi PSSI, tapi juga mengumumkan sejumlah program-program yang dijalani.

Hal ini bukan cuma menyangkut soal sepak bola melainkan menyangkut sisi humanis di masyarakat.

"Banyak juga kegiatan yang dilakukan, event juga bukan sekadar tentang sepak bola saja, melainkan juga bagaimana kami mendekatkan diri kepada masyarakat, dengan suporter, anak-anak, difabel, lalu juga dengan keluarga yang kekurangan," paparnya.

"Kami rangkul karena memang kami percaya harus berpikir lebih dari sepak bola, yaitu apa, sepak bola ini benar-benar alat pemersatu bangsa, yang juga mengangkat marwah kita."

"Kami juga melihat bagaimana nilai-nilai sepak bola itu ada kompetisi, ada saling membantu, friendly, dan hal-hal yang positif. Selain, ya, memang, kembali ini pertandingan yang di Indonesia rating-nya cukup tinggi. Jadi, semua menonton sepak bola," ucapnya.

Bicara soal partnership yang menyangkut finansial, Erick mengaku mengurus sepak bola memang butuh dana besar.

Karena itu, ia berterima kasih kepada beberapa pihak yang membantu dari mulai Pemerintah hingga sponsor.

"Kembali seperti yang saya sampaikan, tidak mungkin kami bergantung hanya dari Pemerintah. Dana Rp650 miliar lebih adalah angka yang fantastis."

"Saya juga tidak pernah berpikir mengelola sepak bola itu, angkanya sebegitu besar," katanya.

"Kalau dulu di bola basket Rp30-40 (miliar) cukup. Di bulu tangkis, Rp80 miliar. Ini benar-benar hampir bisa 7 sampai 10 kali lipat."

"Artinya, ya, memang peran Pemerintah, private sector, harus menjadi kesatuan. Kalau tidak, tidak mampu," pungkasnya.