JAKARTA - Proses pendaftaran calon Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Jakarta Utara tengah menjadi sorotan publik.
Kebijakan baru yang membatasi usia calon ketua maksimal 55 tahun menuai kritik keras dari berbagai pihak.
Aturan ini dianggap diskriminatif dan tidak mencerminkan semangat inklusivitas dalam dunia pencak silat.
Dalam peraturan yang baru diumumkan, calon Ketua IPSI Jakarta Utara diwajibkan memiliki usia tidak lebih dari 55 tahun.
Kebijakan tersebut memicu protes, baik dari peserta yang merasa dirugikan maupun dari pengamat pencak silat yang menilai aturan ini kurang bijaksana.
Menurut mereka, batasan usia ini berpotensi menghambat kontribusi tokoh-tokoh senior yang memiliki pengalaman dan wawasan luas dalam mengembangkan organisasi.
BACA JUGA:
Dar Edi Yoga, salah satu pemerhati dan praktisi pencak silat, turut mengomentari polemik ini.
Ia menekankan pentingnya menjaga nilai-nilai luhur pencak silat, baik dalam pertandingan maupun kehidupan sehari-hari.
"Seorang pesilat sejati harus menjunjung tinggi etika dan martabat, baik dalam pertandingan, berorganisasi, maupun kehidupan sehari-hari."
"Keberanian tak hanya tentang menghadapi lawan, tetapi juga tentang melawan hawa nafsu," ujar Dar Edi Yoga, yang juga pengurus sejumlah organisasi pers, Senin, 9 Desember 2024.
"Seorang pesilat sejati bukan menggunakan ilmunya untuk mencari permusuhan, melainkan untuk melindungi diri, keluarga, dan masyarakat."
"Dalam kehidupan sosial, pesilat sering kali menjadi simbol keteladanan, menunjukkan sikap rendah hati, adil, dan menghargai sesama," tuturnya lagi.
Dar Edi Yoga lebih lanjut juga menegaskan bahwa pencak silat tidak hanya tentang seni bela diri, tetapi juga warisan budaya dan filosofi hidup yang mengajarkan kebijaksanaan.
"Melalui silat, kita diajak untuk tidak hanya menjadi tangguh secara fisik, tetapi juga bijak dalam mengambil langkah dalam hidup."
"Karena itu, silat lebih dari sekadar seni bela diri. Ia adalah warisan budaya yang mengajarkan kita untuk selalu berbuat baik dan menjaga keharmonisan dalam dunia yang penuh tantangan," kata Dar Edi Yoga yang pernah melatih silat tenaga dalam di Kolinlamil dan Paspampres.
Polemik ini diharapkan dapat menjadi momentum refleksi bagi IPSI Jakarta Utara untuk mempertimbangkan kembali kebijakan yang diambil dengan berpedoman kepada AD-ART organisasi.
Banyak pihak berharap organisasi ini mampu mencerminkan nilai-nilai pencak silat sebagai seni bela diri yang mengedepankan kebijaksanaan, keadilan, dan keberanian dalam menyikapi setiap tantangan.