Bagikan:

JAKARTA - Kekalahan Italia 1-3 dari Perancis di laga terakhir UEFA Nations League 2024/2025 akhir pekan kemarin rasanya tak layak jadi acuan tunggal menilai performa Azzurri.

Sejak ditangani Luciano Spaletti per 1 September 2023, Italia perlahan menunjukkan taringnya.

Kegagalan Azzurri tampil di Piala Dunia 2022 saat ditukangi Roberto Mancini jadi pelajaran berharga.

Spaletti membawa Italia lolos Kualifikasi Euro 2024 pada tahun pertamanya. Pada Januari 2024, dia berada di tempat kedua dalam daftar penghargaan Best FIFA Men's Coach 2023, di bawah Pep Guardiola.

Predikat itu coba dibuktikan Spaletti saat Italia tampil di Euro 2024 musim panas lalu. Hasilnya boleh dibilang tak cukup baik.

Azzurri lolos ke fase gugur berbekal runner-up Grup B dengan cuma empat poin di bawah Spanyol (sembilan poin). Mereka hanya mengemas satu kemenangan, satu seri, dan satu kekalahan.

Italia langsung tumbang begitu memasuki 16 besar. Mereka dilumat Swiss dengan skor meyakinkan 0-2.

Hasil negatif itu membuat Spaletti berbenah. Dia coba menemukan lagi komposisi pemain yang pas dengan sistemnya, kerap memasang tiga bek dan mengandalkan peran gelandang sayap.

Beberapa nama beken didepak, tiga bulan sebelum tampil di UEFA Nations League. Spaletti mengandalkan banyak peman muda.

Dia hanya menyisakan Giovanni Di Lorenzo sebagai pemain senior berusia 31 tahun. Sisanya, pasukannya berada di usia emas, di bawah 29 tahun. Rata-rata usia pemain, tanpa Di Lorenzo, ialah 24,1 tahun.

Hasilnya, Italia mulai mengeluarkan performa terbaik. Perjalanan di lima laga awal mentereng, empat kemenangan dan satu seri, sebelum akhirnya kalah dari Perancis di laga pemungkas grup.

Namun, setidaknya Italia sudah memastikan kaki ke perempat final UEFA Nations League.

Para pemain pun mulai merasakan bahwa penampilan secara tim lebih baik ketimbang di Euro 2024.

"Setelah Euro, kami pulih dengan baik, memainkan beberapa pertandingan bagus. Kami adalah skuad muda dan perlu melanjutkan jalan ini," kata Andrea Cambiaso, gelandang 24 tahun.

Moise Kean sepakat dengan Cambiaso. Dia menyebut bahwa Spaletti memberikan sistem yang membuat para pemain bisa mengeluarkan kemampuan terbaik.

"Saya rasa kami telah menunjukkan di UEFA Nations League ini bahwa kami adalah tim yang sangat bagus."

"Pelatih membuat kami bermain dengan cara yang bisa mengeluarkan kemampuan terbaik kami. Ada banyak pemain muda yang ingin membuktikan kemampuan mereka," tutur Kean di RAI Sport.

Dengan demikian, kelemahan yang muncul saat laga terakhir grup melawan Perancis adalah masalah kecil yang baru disadari.

Tiga kali kebobolan dari Les Bleus melalui skema bola mati membukakan mata Spaletti bahwa tiga gol lainnya dengan pola serupa sebelumnya ternyata menjadi masalah serius.

Total, ada enam kebobolan terakhir yang berasal dari bola mati. Beruntung, Italia sudah sadar selepas babak grup rampung.

Mereka masih punya waktu panjang untuk berbenah sebelum tampil di perempat final UEFA Nations League.

Namun, secara keseluruhan, sejatinya Perancis kesulitan menciptakan peluang melalui open play.

Di sisi lain, Italia banyak membuat peluang, tapi keberuntungan kiper Mike Maignan menggagalkan konversi kans jadi gol.

"Selain tendangan bebas, Perancis hampir tidak menciptakan apa pun di babak kedua, sedangkan kami menciptakan banyak peluang."

"Pada masa injury time, Maignan melakukan penyelamatan hebat terhadap peluang Moise Kean. Saya pikir kami bermain dengan baik secara keseluruhan," kata Cambiaso.

"Maignan bermain sangat baik, saya mencoba mengejutkannya. Kami memainkan permainan yang bagus dan tidak beruntung dengan hasilnya, tetapi kami dapat belajar dari ini."

"Tidak banyak ruang untuk menyerang, Perancis memiliki beberapa pemain bertahan yang sangat bagus. Kami harus mengambil pelajaran dari itu," ujar Kean menimpali.

Intinya, penampilan Italia sepanjang fase grup UEFA Nations League sudah jauh membaik ketimbang di Euro 2024.

Spaletti tampaknya sudah menemukan komposisi yang pas dengan skuad mudanya. Kekalahan dari Perancis pun tak begitu disesali.

Soalnya, terpenting bagi Azzurri ialah mereka tetap bisa mengamankan tempat di perempat final UEFA Nations League.

"Itu tentu saja pertandingan yang sulit, karena Perancis adalah tim yang hebat. Namun, kami berjuang sampai akhir."

"Kami kebobolan tiga gol dari situasi bola mati, yang merupakan pertanda buruk. Namun, Perancis menunjukkan bahwa mereka menghormati kami."

"Itu hanyalah langkah lain dalam perjalanan UEFA Nations League yang telah kami mulai dengan baik."

"Tentu saja, mengecewakan kalah seperti itu. Namun, kami juga memiliki peluang dan seharusnya bisa bermain lebih baik."

"Kekalahan selalu menyakitkan, tetapi Anda juga perlu menganalisis bagaimana itu terjadi."

"Jangan lupakan situasi yang jauh lebih buruk yang telah kami bangun kembali di musim panas (Euro 2024)."

"Saya melihatnya di UEFA Nations League, kami positif. Tujuannya adalah lolos (ke fase gugur) dan kami berhasil melakukannya."

"Finis pertama akan menjadi bonus, tetapi kami melakukan apa yang perlu kami lakukan," tutur Nicolo Barella.

Italia selanjutnya akan menempati Pot 2 dalam pengundian fase gugur nanti yang digelar pada Jumat, 22 November 2024.

Azzurri kemungkinan akan berjumpa dengan juara grup lain, seperti Jerman, Spanyol, atau Portugal.

Andai mereka menjadi juara grup, jalan perempat final tak begitu terjal karena kemungkinan bertemu Belanda, Kroasia, Skotlandia, Polandia, Denmark, atau Serbia.