Bagikan:

JAKARTA - Perwakilan atlet tim nasional bulu tangkis yang berlaga di All England 2021 mengaku tidak puas dengan permintaan maaf Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) atas insiden penarikan paksa saat berlaga di babak pertama turnamen Super 1000 pada 17 Maret.

Atlet ganda putra Marcus Fernaldi Gideon meminta BWF agar melakukan persiapan lebih matang. Dengan jumlah turnamen yang semakin sedikit karena terdampak pandemi, seharusnya BWF punya proyeksi persiapan yang lebih baik untuk menghindari kejadian seperti yang dialami timnas.

"Persiapan harus lebih matang. Takutnya nanti kalau ada kejadian seperti ini lagi, mereka (BWF) cuma minta maaf tanpa ada pertanggungjawaban yang pasti. Jangan hanya cuma minta maaf lalu urusannya dianggap selesai, harusnya tidak seperti itu," tutur Marcus dalam konferensi pers virtual Senin malam yang dilansir Antara.

Dalam surat resmi yang diterima Kemenpora, BWF menyadari telah melakukan kesalahan dan bahwa kondisi pandemi memaksa tindakan yang tidak mengenakkan itu terjadi dan menimpa skuat Merah Putih.

BWF berkomitmen akan memperbaiki kesalahan dan melakukan persiapan lebih terukur agar kejadian serupa tidak kembali terulang di masa mendatang.

Pada acara penyambutan tim nasional bulu tangkis Indonesia di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Senin malam, Menteri Pemuda dan Olahraga RI Zainudin Amali menyampaikan permintaan maaf dari BWF kepada Indonesia atas insiden penarikan timnas dari All England 2021.

Menpora menyebutkan permintaan maaf tersebut tidak hanya ditujukan kepada timnas bulu tangkis, namun juga segenap masyarakat, pemerintah dan pihak terkait di Indonesia.

"Tadi pagi, Presiden BWF Poul Erik secara resmi meminta maaf kepada Menteri Luar Negeri, Menteri Pemuda dan Olahraga, PBSI, Presiden RI dan seluruh pihak terkait. Bagi BWF, Indonesia adalah negara besar untuk cabor (cabang olahraga) bulu tangkis, yang menjadi ikon kebanggaan bangsa di pentas dunia," tutur Menpora melalui sesi pernyataan pers virtual.