JAKARTA - Lima tahun lalu, tepatnya pada musim semi 2019, Jannik Sinner masih berusia 17 tahun. Dia sudah membuat kejutan dengan memenangi putaran pertama ATP Masters 1000 di Roma.
Remaja dari kota kecil di utara San Candido, Italia, kemudian kalah dari peringkat ketujuh dunia saat itu, Stefanos Tsitsipas.
Namun, yang mengejutkan, Sinner melempar pengumuman kedatangannya di dunia tenis dan bakal menjadi penantang serius ke depan.
"Saya pikir kami berada di jalur yang benar. Saya hanya harus terus seperti itu," katanya dalam konferensi pers internasional pertamanya.
Maju ke masa sekarang, Sinner sudah menggenggam trofi Australia Open pada 2024. Dia kini juga menjadi petenis peringkat 1 dunia sejak 10 Juni 2024.
Total, dia sudah mengumpulkan 14 gelar, empat di antaranya diraih pada tahun ini, sebagai pemain tunggal.
Pada akhir pekan ini, tepatnya 27 Juli 2024, Sinner kembali ke lapangan tanah liat, jenis lapangan tempat ia mengucapkan selamat datang pertama kali kepada tenis profesional di Roma.
Hanya saja, kali ini untuk debut Olimpiade yang akan berlangsung di Paris 2024, yang mana cabang tenis diadakan di tempat yang sudah dikenalnya, Stade Roland-Garros.
"Ini salah satu peristiwa terbesar. Saya tak sabar untuk itu," kata Sinner setelah kekalahannya di perempat final Wimbledon 2024.
Catatan 42 kemenangan dan empat kekalahan pada musim ini akan membuat gemetar pemain mana pun di Olimpiade Paris 2024, termasuk Carlos Alcaraz yang mengalahkannya di Roland-Garros 2024 dengan lima set dan Daniil Medvedev di Wimbledon 2024.
BACA JUGA:
Tetap Membumi
Sinner tak mau jemawa dengan catatan apiknya sepanjang tahun ini. Tujuannya adalah terus berkembang ketika menapaki Olimpiade Paris 2024.
Hal itu ia ungkapkan ketika pulang kampung ke desa kecil bernama Sesto, desa berpenduduk kurang dari 2.000 orang yang membantu memupuk kecintaan Sinner kepada ski lereng, yang akhirnya sempat ia tekuni dan menjadi juara junior.
Sinner mudik untuk merayakan kemenangan di Australia Open 2024 sekaligus peringkat satu dunia. Perayaan dengan 500 anak-anak desa yang memandang kagum kepada Sinner membuatnya teringat untuk terus membumi.
"Tujuan paling penting adalah selalu berkembang sebagai pemain dan sebagai pribadi, mengelilingi diri saya dengan orang-orang hebat."
"Saya pikir bisa sangat senang dengan apa yang saya lakukan (dengan) tim saya," kata Sinner.
Dalam perayaan itu, ia tidak hanya memamerkan trofi peringkat satu dunia, tetapi juga Piala Davis yang diraih bersama tim Italia pada 2023.
Italia sudah lama tak merengkuh Piala Davis sejak terakhir kali pada 1976. Selain itu, Negeri Piza juga untuk pertama kalinya menyambut petenus tunggal yang bisa menjadi peringkat satu dunia.
Namun, Sinner tetap tak melupakan tim yang ada di balik kesuksesannya. Tim itu telah menjadi kunci bagi petenis 22 tahun itu naik level selama beberapa tahun terakhir.
Dia diketahui mengasah permainannya di bawah asuhan Riccardo Piazzi sejak usia 13 tahun. Pada awal tahun 2022, ia beralih ke pelatih yang relatif tidak dikenal, Simone Vagnozzi, lalu menambahkan Darren Cahill, yang juga telah melatih banyak pemain top pada masa lalu.
"Saya sangat senang berada di posisi ini sekarang. Saya punya tim hebat di belakang saya yang tahu apa yang harus saya lakukan."
"Dengan Darren, dia punya banyak pengalaman. Dia sudah melalui ini beberapa kali. Simone, kami sudah bicara tentang apa yang masih bisa kami tingkatkan," tuturnya.
Pertarungan para Bintang
Nomor tunggal putra tenis Olimpiade Paris 2024 menjadi paling dinantikan publik.
Sinner dan Carlos Alcaraz bersama Novak Djokovic akan mati-matian untuk memburu medali emas pertamanya di Olimpiade.
Rafael Nadal juga jadi penantang serius. Bintang legendaris yang telah memenangi 14 kali Roland-Garros itu ikut dalam pertarungan meski memasuki senja karier.
Petenis Spanyol itu tak bisa dipandang sebelah mata. Soalnya, dia akan menjadikan Olimpiade Paris 2024 sebagai momen perpisahan membahagiakan dari dunia tenis yang sudah membesarkan namanya.
Belum lagi ada Alexander Zverev, petenis Jerman yang juga merupakan juara bertahan Olimpiade.
Tenis Olimpiade belum pernah diadakan di lapangan tanah liat sejak Barcelona 1992. Ini adalah peralihan yang akan menantang setiap pemain yang menginjakkan kaki di Stade Roland-Garros, hanya dua minggu setelah selesainya Wimbledon 2024 yang diadakan di lapangan rumput.