Bagikan:

JAKARTA - Ianis Hagi telah lama dibandingkan dengan ayahnya yang merupakan salah satu pemain terbaik Rumania sepanjang masa, Gheorghe Hagi. Namun, di Piala Eropa 2024 di Jerman, ia memiliki kesempatan untuk membuat nama bagi dirinya sendiri.

Gelandang serang berusia 25 tahun ini berperan penting dalam membawa Rumania meraih hasil imbang 1-1 dengan Slovakia di pertandingan terakhir Grup E pada Rabu, 26 Juni, saat memenangkan penalti yang dieksekusi Razvan Marin untuk menyamakan kedudukan.

Romania memenangkan grup tersebut dan sekarang akan menghadapi Belanda yang sedang tidak stabil di babak 16 besar, membuka peluang untuk pencapaian serupa dengan yang dihasilkan oleh ayahnya. Hagi senior berkat kecemerlangannya membawa Rumania ke perempat final Piala Dunia 1994, di mana mereka kalah tipis dari Swedia.

"Saya bangga dengan apa yang telah kami capai malam ini. Kami membuat janji dan berhasil memenuhi janji itu. Menjadi tanggung jawab besar bagi saya untuk bermain di starting XI, tetapi saya melakukan yang terbaik dan menunjukkan apa yang bisa saya lakukan," kata Ianis Hagi.

Sangat sulit bagi saya untuk pulih setelah cedera dan absen dari lapangan selama setahun, jadi bisa berada di EURO adalah impian yang menjadi kenyataan. Ini adalah momen bersejarah bagi kami dan bagi Romania. Saya sangat senang bisa mengikuti jejak ayah saya," tambahnya. 

Tiga puluh tahun yang lalu, Gheorghe dilatih oleh Anghel Iordanescu, dan di Jerman, Ianis bekerja di bawah asuhan taktik Edward Iordanescu, putra Anghel, menghubungkan dua keluarga sepak bola paling terkenal di Rumania.

Dua generasi, tiga dekade terpisah, berharap untuk membuat sejarah bagi Romania.

"Kami mencapai tujuan pertama kami, semua orang tahu bahwa kami ingin lolos dari grup, dan selain itu kami juga memiliki tujuan untuk membawa orang-orang ke jalan, membuat mereka bahagia, bangga dengan generasi ini, tim kami," kata Ianis Hagi kepada PRO TV.

"Kami tidak takut pada lawan mana pun, tetapi kami berada di turnamen final pertama di level senior (untuk kelompok pemain ini). Kami memiliki pengalaman yang baik dan kemudian ada kami, yang muda, dengan banyak antusiasme dan banyak kualitas," ungkap Ianis Hagi, yang juga memakai nomor punggung keramat ayahnya, 10.  

Gheorghe Hagi memiliki kehormatan bermain untuk Real Madrid dan Barcelona dalam karier klubnya yang gemilang, dan membawa Steaua Bucharest ke final Piala Eropa 1989 di mana mereka kalah dari AC Milan.

Jalan anaknya lebih penuh perjuangan. Ianis tumbuh di akademi ayahnya dan diberikan debut oleh ayahnya saat berusia 16 tahun di klub Rumania yang dibentuk oleh Gheorghe pada 2009, Viitorul Constanța.

Ia kemudian bergabung dengan Fiorentina di Italia, Genk di Belgia, dan sekarang Rangers di Skotlandia.

Setelah cedera jangka panjang, Hagi mengalami musim yang kurang memuaskan saat dipinjamkan ke klub Spanyol, Alaves, pada 2023-24, di mana 22 penampilannya di LaLiga, termasuk delapan kali sebagai starter, hanya menghasilkan dua assist dan tanpa gol.

Namun, di Euro 2024, ia menciptakan sensasi, bukan karena nama belakangnya, tetapi karena prestasinya di lapangan.