Bagikan:

JAKARTA - Wakil Ketua Umum (Waketum) PSSI, Zainudin Amali kembali meluruskan permintaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait pemain Timnas Indonesia U-20 yang akan digabung menjadi satu tim untuk berkompetisi di Liga 1. Dia mengatakan, rencana itu baru sekadar wacana dan belum pasti.

Sebelumnya permintaan Presiden Jokowi untuk tetap menyatukan pemain U-20 di satu tim muncul ketika mengunjungi latihan terakhir di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), belum lama ini.

Pasca latihan, tim dibubarkan menyusul keputusan FIFA yang mencoret Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. Para pemain kemudian dikembalikan ke klub masing-masing.

Amali menjelaskan, permintaan Jokowi terhadap timnas U-20 itu sifatnya tidak memaksa. Orang nomor 1 di Indonesia itu tetap menghargai kontrak yang dimiliki setiap pemain dengan klubnya masing-masing.

Namun ia menegaskan bahwa jika ada pemain yang kesulitan mendapatkan klub atau bahkan belum punya,itulah yang dimaksud Jokowi bisa membuat pemain dikumpulkan ke dalam satu tim.

Opsi Jokowi itu berkaca pada format yang pernah terjadi di era 1990-an. Saat itu ada tim Primavera dan Baretti yang sampai sukses berkompetisi di Italia.

"Nah bapak Presiden melihat bahwa itu gak cukup, seperti kemarin beliau sampaikan di SUGBK, kemudian nonton waktu Timnas Indonesia menghadapi Burundi itu kan, beliau melihat bagus itu anak-anak," ujar Zainudin Amali saat menemui awak media di Sekretariat PSSI Pers di GBK Arena, Jakarta Pusat pada Selasa, 4 April.

"Akhirnya ya sudah bagaimana anak-anak ini dikumpulkan dalam satu klub, bagi yang belum berkontrak ya dan mereka diwadahi, tapi masih begitu, kami belum bicara-bicara (serius)," ungkapnya menjelaskan.

Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga ini kemudian menjelaskan maksud dari Presiden Jokowi. Dia mengatakan, permintaan itu tak lepas dari keributan yang pernah melibatkan Shin Tae-yong dengan pelatih Persija Jakarta, Thomas Doll.

Saat, Timnas Indonesia menjalani pemusatan latihan (TC), Thomas Doll sempat keberatan karena para pemainnya seringkali meninggalkan klub di tengah kompetisi. Sementara bagi Shin Tae-yong, keputusan itu tepat demi mematangkan tim.

"Jadi memang Pak Presiden itu melihat begini, kan dari beberapa kali mau kumpul timnas, pemusatan latihan (TC) kan ada beberapalah yang keberatan, terutama pelatih-pelatih, mereka gak mau, pokoknya kalau mau main baru ambil," jelasnya.