Anggaran Renovasi Stadion Kanjuruhan Lebih Tinggi dari Perkiraan Menpora, Ini Kata Bupati Malang
Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang usai laga Arema FC vs Persebaya yang menyebabkan setidaknya 125 orang meninggal dunia. (Foto via Antara/H Prabowo)

Bagikan:

JAKARTA - Anggaran renovasi Stadion Kanjuruhan yang diajukan Pemerintah Kabupaten Malang ternyata lebih tinggi dari yang diperkirakan Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali.

Menpora sebelumnya menyebutkan pendanaan berkisar Rp400 miliar. Namun Bupati Malang M Sanusi mengatakan bahwa pengajuan anggaran renovasi Stadion Kanjuruhan sebesar Rp580.

Menurutnya, renovasi tersebut akan dilakukan pada sejumlah titik yang lebih mengutamakan keamanan bagi para penonton. Sanusi bahkan telah menyampaikan ke Presiden Joko Widodo, untuk renovasi tribun keliling membutuhkan Rp800 miliar.

"Kalau Menpora kemarin itu antara Rp400 miliar, pengajuan saya Rp580 miliar. Untuk tribun keliling, dulu proposal yang saya ajukan Rp800 miliar, kemarin sudah saya sampaikan ke Presiden," ujar Sanusi dikutip dari Antara, Rabu.

Selain mengajukan anggaran untuk renovasi Stadion Kanjuruhan, Pemerintah Kabupaten Malang juga berencana membangun sebuah monumen peringatan tragedi Kanjuruhan, yang hingga saat ini menyebabkan 132 korban jiwa.

Pembangunan monumen di area stadion tersebut, lanjutnya, saat ini masih dalam tahapan perencanaan. Pemerintah Kabupaten Malang juga telah berkomunikasi dengan tim arsitek Universitas Brawijaya.

"Ini masih perencanaan, nanti setelah final seperti apa, terkait pembiayaan baru saya mintakan ke dewan. Bersabar dahulu, karena monumen ini untuk selamanya," ujarnya.

Pada Sabtu, 1 Oktober, terjadi kericuhan usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang. Kekalahan itu menyebabkan sejumlah suporter turun dan masuk ke dalam area lapangan.

Kerusuhan tersebut semakin membesar dimana sejumlah flare dilemparkan termasuk benda-benda lainnya. Petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI berusaha menghalau para suporter tersebut dan pada akhirnya menggunakan gas air mata.

Akibat kejadian itu, sebanyak 132 orang dilaporkan meninggal dunia akibat patah tulang, trauma di kepala dan leher dan asfiksia atau kadar oksigen dalam tubuh berkurang. Selain itu, dilaporkan juga ada ratusan orang yang mengalami luka ringan termasuk luka berat.