JAKARTA - Invasi Rusia ke Ukraina memberikan dampak besar ke semua sektor, tak terkecuali olahraga. Para atlet Ukraina dikabarkan terpaksa harus mengungsi untuk menyelamatkan diri.
Hal ini mengundang sejumlah federasi dan klub olahraga di beberapa negara menunjukkan aksi solidaritas.
Belum lama ini, klub-klub olahraga di Bosnia Herzegovina dan juga Bulgaria menawarkan perlindungan, pelatihan, dan kompetisi untuk para atlet Ukraina yang melarikan diri dari perang. Ini adalah wujud kedua negara dalam menunjukkan solidaritas global untuk Ukraina.
"Ketika gadis-gadis itu bertanya kepada kami mengapa kami membantu mereka, kami bilang kita sendiri adalah anak-anak perang, melarikan diri bersama ibu-ibu kita selagi yang lain membantu kita," kata Anita Glibic, direktur Klub Bola Voli Mahasiswa (SOK) di kota Mostar.
BACA JUGA:
SOK menampung tujuh pemain asal klub Ukraina, Balta. Empat atlet lainnya diperkirakan datang memenuhi undangan terbuka dari Bosnia untuk atlet bola voli putri Ukraina.
Klub ini menyediakan akomodasi, makan, dan pelatihan untuk para atlet dari Ukraina.
"Kami menempuh perjalanan selama empat hari...paling lama tinggal di perbatasan. Itu sulit sekali," kata Varvara Koltsova yang tiba bersama putranya yang berusia tiga tahun.
Atlet Ukraina lainnya, Olha Kachur mengatakan, akhirnya mereka merasa aman tanpa perang dan bom.
"Saya kira saat ini tak ada orang yang melarikan diri dari Ukraina yang memiliki rencana apa yang harus dilakukan ... Tentu saja kami ingin pulang kepada keluarga kami, teman-teman kami, tetapi saat ini kami tak tahu kapan perang akan berakhir," kata Kachur.
"Saya merasa agak bersalah karena saya aman dan mereka (warga Ukraina lainnya) tidak," lanjutnya.
Di Bulgaria, Mihail Minchev yang memiliki dan melatih klub tenis Hispano dekat kota Varna, termasuk di antara mereka yang menanggapi seruan federasi tenis Bulgaria agar membantu warga Ukraina setelah negerinya diinvasi Rusia.
"Saya harus berbuat sesuatu," kata Minchev yang bersedia menampung dua keluarga yang memiliki tiga petenis remaja putri dari kota Odesa di Ukraina.
"Saya tak bisa lagi cuma menjadi penonton yang acuh tak acuh yang menyaksikan apa yang terjadi di TV seolah-olah peristiwa itu reality show," pungkas dia seperti dilansir Antara dari Reuters.