Bagikan:

JAKARTA - Mewabahnya COVID-19 atau virus corona nyaris di seluruh dunia tidak hanya berimbas pada sisi ekonomi dan politik, tetapi juga pada dunia hiburan. Tidak terhitung berapa banyak musisi yang harus membatalkan atau menunda penampilan mereka di sejumlah acara. Tapi, Powerslaves tidak berdiam diri. Mereka memilih untuk merilis single anyar bertajuk Stare at Me dalam format digital sejak 7 April kemarin sebagai bentuk dukungan kepada para pejuang garda depan kesehatan yang menangani virus corona. 

Merilis karya di tengah proses social distancing yang mengharuskan setiap orang tetap berada di dalam rumah untuk menghindari penyebaran wabah corona memang bukan hal baru. Beberapa band, khususnya di luar negeri, sudah melakukannya. Tapi, jika tema lirik dalam lagu yang dirilis sesuai dengan tragedi yang terjadi saat ini, tentu sesuatu yang istimewa.

Bukan aji mumpung, lho. Powerslaves sama sekali tidak sedang cari untung. Pasalnya - setelah dirilis dalam format digital - lagu ini juga akan dirilis dalam bentuk CD di mana setiap keuntungan dari hasil penjualan CD single-nya akan didonasikan untuk penanganan COVID-19.

"Ini lagu tentang kemanusiaan. Lagu ini lebih ke dukungan kepada pejuang-pejuang garda terdepan kesehatan (dokter, tenaga medis). Jadi lirik lagu ini sangat cocok dengan kondisi dunia saat ini," kata bassis Anwar Fatahillah.

Lagu ini direkam empat tahun silam di Studio Royale, Bintaro saat gitaris Andry Muhammad masih bergabung untuk kedua kalinya di band ini. Setelah lama tidak dipublikasikan, sekarang waktu yang tepat untuk diperdengarkan kepada publik. 

Kontribusi semua anggota Powerslaves di lagu ini sangat kentara. Chemistry mereka juga sangat kuat. Komunikasi musikal antara Anwar Fatahillah dan Andry Muhammad yang sudah nge-klik sejak dulu, menjadi sesuatu yang menarik dalam lagu ini. Pilihan sound juga sudah sangat sesuai dengan tema liriknya.

Pun demikian persekutuan musikal Wiwiex Soedarno (kibor) dengan Andry Muhammad. Mereka sudah sangat saling memahami di mana dalam setiap isian lagunya selalu terdengar harmonis tanpa ada yang saling mengalahkan. Belum lagi isian drum Agung Yudha yang makin memberi warna. 

Ide pembuatan lagu ini, kata Wiwiex Soedarno, berangkat dari kehidupan sehari-hari – baik dari sisi personal maupun ketika mereka melihat keadaan sekitar.

"Kami ingin agar semua lapisan masyarakat bisa menerima single ini karena tema liriknya yang universal dan kebetulan kami juga membuatnya dalam bahasa Inggris. Satu lagi, di reff bagian akhir ada suara anak-anak yang semakin merepresentasikan betapa universalnya lagu ini,” jelas Wiwiex.

"Awalnya, ngobrol-ngobrol sama Heydi Ibrahim (vocal), dia bilang; 'Bikin lagu yang nadanya rendah dong, biar aku bisa bawain sampai tua'. Aku cari-cari referensi dan pada akhirnya ketemu lagu ini," timpal Anwar Fatahillah.

Dari segi musik, di lagu ini Powerslaves lebih menonjolkan warna yang lebih kekinian tanpa menghilangkan jati diri mereka yang sesungguhnya. Dengan sentuhan gitar akustik dan bebunyian selo pada bagian intronya, Stare at Me terdengar sangat natural

Bagaimana dari sisi lirik? "Yang jelas kalau masalah lirik selalu saya kaitkan dengan proses penyerahan diri saya kepada Tuhan," kata Heydi Ibrahim.

"Saya punya anak kecil dan istri. Usia memang di tangan Tuhan dan kita mesti pasrah. Namun jika hal ini merenggut nyawa orang-orang yang kita kasihi, sebagai manusia sulit rasanya bagi saya untuk mengungkapkan bagaimana perasaan ini,” lanjutnya. 

Hal yang tak kalah penting lainnya, lagu ini dirilis menjelang ulang tahun ke-29 Powerslaves yang jatuh pada 19 April mendatang. Apa poin yang bisa Powerslaves bagikan kepada para penggemar fanatik mereka, Slavers Indonesia?

"Ini adalah karya yang menggugah empati untuk para korban COVID-19. Kami meminta para penggemar dan masyarakat umum untuk saling menjaga diri, keluarga, dan lingkungan masing-masing. Tetap di rumah dan juga menjaga stamina dan kebersihan serta memberi dukungan kepada tenaga medis yang berjibaku menangani virus corona ini," pungkas Anwar Fatahillah.