Bagikan:

JAKARTA - Lalahuta dengan formasinya yang terbaru, yaitu Kevin Widaya (vokal), Beno Louloulia (gitar), Allain Hizkia (bass), dan Boni Eko (drum), telah meluncurkan proyek musik baru berupa extended play (EP) atau album mini yang diberi tajuk LSIH (Lalahuta Sings Indonesian Hits).

EP ini berisi tiga lagu aransemen ulang, yaitu “Aku Bertahan” yang dipopulerkan Rio Febrian, “Dan” yang dipopulerkan Sheila On 7, dan “Status Palsu” yang dipopulerkan Vidi Aldiano.

Eksklusif Lalahuta (Foto: Dandy, DI: Raga/VOI)
Eksklusif Lalahuta (Foto: Dandy, DI: Raga/VOI)

Lewat EP ini, Lalahuta ingin mempersembahkan rasa hormat kepada senior-senior di industri musik Indonesia yang sudah mewarnai keseharian penikmat musik Tanah Air dengan karya-karyanya.

Bagi Lalahuta sendiri, tiga lagu yang dihadirkan punya ceritanya masing-masing. Semuanya adalah lagu-lagu yang kerap dimainkan oleh para personel sebelum band ini memulai perjalanannya di industri musik nasional.

“Lagu-lagu ini memang pernah bersinggungan sama Lalahuta saat kita main di kafe dan main di acara orang. Kita pikir ini bentuk penghormatan kepada lagu dan artisnya,” kata Boni Eko.

Eksklusif Lalahuta (Foto: Dok. Lalahuta, DI: Raga/VOI)
Eksklusif Lalahuta (Foto: Dok. Lalahuta, DI: Raga/VOI)

Sebagai band, Lalahuta yang sudah berjalan lebih dari sepuluh tahun telah melalui banyak fase. Beno, Allain, dan Boni yang sebelumnya menjadi pemain sesi untuk beberapa musisi nasional, kemudian membentuk band, mulai tampil di kafe, hingga akhirnya memiliki karya orisinal.

Perjalanan panjang dan berliku Lalahuta dibagikan kepada VOI secara eksklusif. Tiga personel Lalahuta, kecuali Beno, mengunjungi kantor VOI di Tanah Abang, Jakarta Pusat setelah merilis LSIH untuk membagikan kisahnya.

Dari Pemain Sesi Menjadi Band Nasional

Eksklusif Lalahuta (Foto: Dok. Lalahuta, DI: Raga/VOI)
Eksklusif Lalahuta (Foto: Dok. Lalahuta, DI: Raga/VOI)

“Ya memang perjalanan itu naik turun banget, tapi kita berpegang teguh untuk bertahan,” ujar Boni.

Sejak akhir tahun 2012, Lalahuta merasa beruntung bisa terus bertahan sampai saat ini, dengan melewati begitu banyak perubahan di industri musik itu sendiri.

“Sekarang yang bikin seru ada Kevin gabung, jadi ada dunia baru lagi, rekaman baru lagi. Sekarang Lalahuta lagi menapaki fase baru lagi. Kalau aku sih ngerasanya kita mulai naik tingkat lagi di industri,” kata Boni.

Bagi para personel yang mulai bermusik sebagai pemain sesi, punya band yang dikelola sendiri jelas lebih menyenangkan. Mereka merasa bebas untuk mengekspresikan diri dan menyalurkan potensi musik.

“Apresiasi sebagai session (pemain sesi) tuh terbatas. Kalau kita punya band sendiri, apa yang jadi unek-unek tuh bisa kita keluarkan sebagai karya. Kalau sebagai session kan kita harus ikuti aturan dari artisnya sendiri,” ujar Allain.

“Kalau jadi session, kita nggak ada ruang yang bebas, kita punya ‘tembok-tembok’, Kalau artisnya mau sesuatu ya kita harus ikuti. Kalau di band kan kita bisa duduk ngobrol, lagu yang pengin dibawain panggung apa, tapi kalau sebagai session (player) harus ikut artis,” timpal Boni.

Sementara bagi Kevin, meski merupakan personel baru, mengatakan apa yang dilakukan Lalahuta adalah hal tepat. Dia melihat pentingnya karya orisinal bagi seorang musisi.

“Bisa main di kafe atau jadi session player itu mungkin nyaman kali ya, kita dapat panggung yang pasti. Tapi percayalah, di saat lu punya karya sendiri, walaupun manggung lu nggak sebanyak orang-orang lain yang main di kafe, tapi yakinlah kalau lu punya value lebih,” kata Kevin.

“Itu yang bikin lo sebagai musisi pasti lebih dihargai daripada lu terus main di kafe. Jadi, kalau lu mau berkembang, buatlah karya, keluar dari zona nyaman lu,” imbuhnya.

Menjadi Band yang Konsisten

Eksklusif Lalahuta (Foto: Dok. Lalahuta, DI: Raga/VOI)
Eksklusif Lalahuta (Foto: Dok. Lalahuta, DI: Raga/VOI)

Berjuang sebagai band, terlebih untuk masa sekarang, bukanlah hal mudah. Meski tidak mutlak, solois jauh lebih unggul dalam hal kuantitas, dan mungkin secara kualitas, dewasa ini. Terlebih, arah industri musik juga tidak bisa disamakan seperti era 1980an atau 1990an, ketika band menjadi ‘raja’.

Meski begitu, band punya daya tariknya sendiri. Itu yang membuat Lalahuta tetap bertahan lebih dari sepuluh tahun lamanya.

“Kalau menurut saya, main band yang seru itu bermain musiknya, bisa bikin ini dan bikin itu,” kata Boni.

“Bikin band itu gampang-gampang susah, karena ada tantangan di dalam band, gimana caranya supaya kita tetap jalan terus walaupun kita masing-masing berbeda pola pikir, berbeda ide dan segala macam. Bagaimana kita bisa terus maju ke depan, itu tantangannya, itu yang bikin seru,” timpal Allain.

Kevin yang sebelumnya pernah menjadi solois, mengamini apa yang dikatakan dua rekannya. Menurutnya, banyak hal lebih baik ketika bersama-sama dalam band.

“Di saat solo, ketika aku stres ya aku pendam sendiri, walaupun ada tim buat sharing. Tapi beda rasanya sama band, pusing ya itu bisa kita bagi,” ucap Kevin.

“Dan energi saat di panggung, rasa kita sebagai band itu beda ketimbang solo. Beda banget rasanya. Kita tau di sini berdiri di satu badan, jadi energinya di panggung bisa kita bagi rame-rame,”lanjutnya.

Meski diakui oleh para personel bukan sebagai grup dengan nama besar, Lalahuta melihat apresiasi untuk band masih ada.

“Kalau bicara apresiasi sih aku lihat oke, industrinya baik banget. Ngeliat dari views di YouTube dan streams di Spotify itu Lalahuta anggap udah apresiasi yang bagus banget dari masyarakat Indonesia,” kata Boni.

“Kita akuin kita bukan yang besar banget, tapi dengan angka segitu kita udah cukup bersyukur banget, masih diperhatiin, masih ada undangan main ke pensi-pensi,” sambungnya.

Meski sudah tampil di festival musik besar, Lalahuta juga masih menikmati tampil dalam acara sekolah. Hal tersebut dilakukan atas sebuah prinsip untuk tetap konsisten.

Eksklusif Lalahuta (Foto: Dok. Lalahuta, DI: Raga/VOI)
Eksklusif Lalahuta (Foto: Dok. Lalahuta, DI: Raga/VOI)

“Main di pensi itu menyenangkannya, selain murid-muridnya seru, sekolahnya juga seru, guru-gurunya juga berpartisipasi,” tutur Boni.

“Kalau main di pensi, serunya adalah karena crowd-nya seumuran kali ya, jadi pas kita gerakin itu, somehow mereka itu bareng-bareng pecahnya,” timpal Kevin.

Dengan apa yang sudah dilalui sejauh ini, Lalahuta memastikan diri untuk secara konsisten hadir di industri musik Tanah Air. Mereka ingin terus berkarya dengan ‘darah’ yang terus muda.

“Buat saya pribadi, (Lalahuta) satu-satunya band di Jakarta yang dulu awalnya main di kafe dan berhasil mendobrak pasar dengan karya original mereka. Buat saya, Lalahuta kedepannya akan terus berkarya, akan terus eksis di industri musik, dan terus bisa relate dengan pendengarnya,” kata Kevin.

“Lalahuta akan terus ngikutin apa yang relate di dunia anak muda sekarang. Aku pengin banget ngerangkul anak muda karena anak muda itu bibit bangsa ini. Jadi kalau kita bisa bikin sesuatu yang bagus dan bisa dikenang mereka, semoga bisa menjadi pembelajaran mereka untuk membangun bangsa ini,” pungkas Boni.