Bagikan:

JAKARTA - Salihara International Performing Arts Festival atau SIPFest 2024 kembali hadir untuk menyapa para penikmat seni. Gelaran ini akan berlangsung di Salihara Arts Center, Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada 2-31 Agustus.

Puluhan seniman musik, tari, dan teater dari dalam dan luar negeri akan tampil dalam bentuk pertunjukan dan lokakarya dengan temanya masing-masing.

Nirwan Dewanto selaku Direktur Program Komunitas Salihara Arts Center menyebut gelaran ini dihadirkan sebagai rekreasi, dimana kesenian dan kebudayaan hadir dengan penuh kegembiraan dan kemerdekaan.

“SIPFest 2024 adalah gelanggang bagi para seniman-penampil dan masyarakat penonton untuk berbagi kreativitas, kebaruan, dan kegembiraan. Sebuah daya-upaya untuk mengembangkan orde yang lain, yang tidak biasa-biasa saja. “ kata Nirwan Dewanto dalam keterangan resmi.

“Orde Seni Baru” menjadi jargon dalam SIPFest tahun ini. Nirwan menjelaskan bahwa orde seni yang dimaksud dapat mengajak kita memperbaharui diri dan membuka ruang-ruang kreativitas yang tertutup oleh kekuasaan resmi,

“Seni bukan hanya mengatasi politik, tapi juga mengisi ruang-ruang yang tidak diisi oleh politik. Seni memberikan alternatif terhadap klise dan kemandegan yang dijajakan oleh politik. Seni mengajak kita memperbaharui diri kita dan masyarakat kita. Seni itu menggoda, mengejutkan, sekaligus menyenangkan. Membuka ruang-ruang kreativitas yang tertutupi kekuasaan resmi. Kita memimpikan orde yang lain melalui kesenian,” tutur Nirwan.

Adapun, pertunjukan musik dalam SIPFest 2024 akan menampilkan LOVE IS (10-11 Agustus) dan Gamelan Salukat (20-21 Agustus) dari Indonesia, serta Ensemble Studio C (7-8 Agustus) dari Malaysia.

Lokakarya musik juga akan dihadirkan sebanyak dua kali, dengan pengampu dari musisi dalam dan luar negeri.

Lokakarya pertama dengan tema “New Way of Integrating Traditional Instruments” pada 6 Agustus akan menghadirkan tiga musisi tradisional Tiongkok dari Ensemble Studio C, yaitu Su Yun Han (pipa), Gill Toh (dizi), dan Cloud Teo (guzheng), yang akan memberikan materi mengenai alat musik tradisional Tiongkok.

Mereka akan menggunakan repertoar karya tradisional dan kontemporer dalam pertunjukan “Eternity Glimpse into a Secret Garden”, konser yang menampilkan para komposer Asia untuk mendemonstrasikan warisan dan inovasi alat musik mereka.

Sementara, lokakarya kedua dengan tema “Reimajinasi Imajinasi” mengajak peserta untuk menelaah komposisi musik dari album LOVE IS.

Jason Mountario, Sri Hanuraga, dan Kelvin Andreas akan membagikan metode penciptaan karya, serta proses reimajinasi materi tertulis yang disusun secara kolektif dengan improvisasi bebas terstruktur.

Selain itu, pertunjukan tari dan teater akan menghadirkan Lucy Guerin Inc. (Australia), CCOTBBAT (Korea Selatan), Numen Company (Jerman), Jecko Siompo, Megatruh Banyu Mili, Annastasya Verina, dan Teater Koma (Indonesia).

Jadwal lengkap dan detail pertunjukan mereka serta lokakarya yang diampu oleh beberapa penampil tersebut dapat dilihat melalui sipfest.salihara.org.