JAKARTA - Dari sekian banyak solois wanita muda Indonesia saat ini, kehadiran Marion Jola menghadirkan warna tersendiri di industri musik. Sejak kelulusannya dari Indonesian Idol pada tahun 2018, penyanyi 24 tahun itu secara konsisten mengeluarkan karya-karya baru.
“Aku Takdirmu” yang dirilis pada 16 Mei lalu jadi single terbarunya, yang seakan memantapkan pandangan banyak orang bahwa Marion Jola adalah solois wanita terseksi di generasinya.
‘Sensual’ jadi istilah yang tepat untuk menggambarkan “Aku Takdirmu”. Lewat lirik, aransemen musik dan vokal, hingga video musik, Marion Jola memancarkan aura seksi yang sulit ditandingi penyanyi lain.
Namun keseksian itu bukanlah esensi dari karya ini. Berbagai adegan seksi tersebut menjadi gambaran rasa jatuh cinta secara total yang ingin dituangkan Marion.
“Ini lagu bucin, lagu tentang rasa cinta yang sangat pede (percaya diri) kepada orang yang dia sayang, bisa dibilang kayak ‘Lo nggak perlu cari-cari lagi, pokoknya gue yang terbaik, gue yang cinta lo, nggak ada yang kayak gue’,” kata Marion Jola menceritakan single terbarunya, saat berkunjung ke kantor VOI di Tanah Abang, Jakarta Pusat baru-baru ini.
BACA JUGA:
Dara yang akrab disapa Lala itu membawa citra seksi bagi seorang penyanyi pada tahapan yang berbeda. ‘Seksi’ bukan sekedar apa yang dilihat orang lain, namun menjadi cara terbaik mengekspresikan diri sendiri.
“Seksi itu menurut aku orang yang percaya dirinya tuh berlebihan gitu. Jadi orang ngeliat kayak ‘Ah seksi banget’, padahal sebenarnya itu bagian dari dia percaya diri aja gitu,” ujar Lala.
Di lagu barunya, Lala juga tidak merasa harus berusaha tampil seksi, yang dihasilkan adalah apa yang keluar dari pikiran dan dalam dirinya. Begitu juga ketika dituntut berakting di video musik, ia sama sekali tidak kesulitan ketika harus memancarkan aura seksi.
“Dari awal malah orang yang bilang aku seksi kan. Padahal kayaknya aku sehari-hari kayak begini deh. Terus dibilang kalau itu seksi,” katanya.
Meski “Aku Takdirmu” tidak dikhususkan untuk menampilkan sensualitas, Lala melihatnya baik. Dia menyebut lagu ini memang ditujukan untuk pendengar yang luas, baik wanita maupun pria.
“Saat kita mau recording ‘Aku Takdirmu’ ini, aku bilang kalau aku mau lagu yang kalau laki-laki dengar itu mereka jatuh cinta, kalau perempuan dengar itu mereka mau jadi perempuan yang ada dalam lagu ini,” tutur Marion.
Anugerah yang Kerap Disalahpahami
Citra ‘penyanyi seksi’ yang disematkan juga dilihat baik oleh Lala. Dia melihat bahwa dirinya berhasil menjadi penyanyi yang berbeda dari banyak penyanyi lain di industri ini.
“Sebagai penyanyi, aku sih baik-baik aja, nyaman-nyaman aja (dibilang seksi). Buat aku bonus, berarti membedakan aku dari yang lain,” kata penyanyi asal Kupang itu.
Lala juga mengaku puas dengan respon penggemar dan orang-orang terdekat terhadap lagu “Aku Takdirmu”. Dia merasa usaha yang dilakukan untuk terus berkembang sebagai penyanyi, berhasil dilihat orang lain.
“Keseluruhannya, mereka suka melihat Marion Jola dengan versi yang lebih mature (dewasa), dengan lagu yang dia pilih sendiri,” katanya.
Namun tidak dapat dipungkiri, citra ‘penyanyi seksi’ juga menimbulkan beberapa kerugian. Lala menyebut dirinya sering disalahpahami, padahal dia berharap mendapat perlakuan yang sama dengan penyanyi lain.
“Ngalamin banget dong, pasti ada (disalahpahami), nggak mungkin nggak. Kalau dari penonton atau misalnya dari orang di media sosial, pasti ngerasain itu,” ujar Lala.
“Karena aku seksi, jadi bisa mereka bilang apa aja, mereka chat apa aja. Kayak gitu kan banyak,” imbuhnya.
“Nggak harus dari publik, kadang tuh kalau kerja juga ada beberapa client mungkin yang ngerasa kayak kita lagi nyanyi gitu, karena kita penyanyi yang seksi berarti kalau foto boleh dirangkul gitu, seperti tidak perlu dihargai gitu. Padahal nggak, aku tetap harus dihargai dong,” lanjutnya.
Marion melihat kasus serupa bukan hanya untuk penyanyi wanita, namun juga pria. Dia berharap penggemar juga melihat seorang public figure dengan cara yang tepat.
“Menurut aku, harusnya sih cowok pun sama, pasti ada kejadiannya juga. Karena dia seksi atau dia public figure, jadi ada beberapa orang yang ngerasa ‘Oh bisa nih kita perlakukan secara tidak baik, kita tidak hargai’. Cuma kalau perempuan itu kan selama ini kesannya lebih mudah untuk diganggu, lebih mudah untuk direcoki, lebih mudah untuk diajak bicara, lebih mudah untuk diajak berantem, pasti lebih kelihatan dan lebih sering,” tuturnya.
Atas cara pandang seperti itu, Lala mengaku tidak bisa berbuat banyak. Dia merasa lebih baik untuk fokus dengan hal lain yang bisa dikerjakan. Bamun, dia juga mendorong wanita lain untuk berani bersuara jika melihat sesuatu yang dirasa menyalahi norma.
“Kalau mengubah cara pandang orang sih aku nggak menjadikan itu concern, karena capek pasti. Susah banget mengubah pandangan orang atau mengubah perilaku orang kalau emang orangnya udah jahat atau orangnya udah nggak baik,” ucap Lala.
“Tapi paling aku mau tuh lebih mendorong perempuan-perempuan untuk lebih bicara lagi, lebih terbuka, lebih berani untuk berbicara, lebih berani untuk speak up, lebih berani untuk membela dirinya sendiri, atau lebih berani untuk menjaga dirinya sendiri,” sambungnya.
Atas perhatiannya untuk banyak wanita di luar sana, Marion Jola juga pernah berkolaborasi dengan Danilla Riyadi dan Ramengvrl dalam sebuah karya berjudul “Don’t Touch Me”. Lagu ini bicara soal pengalaman yang dilalui banyak wanita dalam menjalani kehidupannya.
Marion Jola juga mengungkap rasa bangganya bisa tetap menunjukkan eksistensi sebagai solois wanita di industri musik saat ini. Sebagai pemenang tiga piala AMI Awards, Lala melihat banyak rekannya sesama solois wanita yang mencapai kesuksesan di level nasional, bahkan internasional.
“(Solois wanita Indonesia sekarang) keren menurut aku, karena cowok-cowok juga dengerin lagu mereka. Kalau dulu kan cowok nggak mau dengerin lagu cewek tapi cewek dengerin lagu cowok gitu kan,” ujar Lala.
“(Sekarang) cowok kemana-mana nyanyi ‘Sial’, lagunya Mahalini. Atau kayak misalnya lagu aku yang feminim banget kayak “Aku Takdirmu” ini. Aku lihat cowok juga nyanyi kok. Jadi, keren sih. women on rising membuat banyak perubahan. Jadinya, cowok tuh nggak toxic masculinity lagi, jadinya tuh laki-laki juga bisa dengerin lagu perempuan. And no problem with it,” pungkasnya.