Bagikan:

JAKARTA - Social media telah resmi menggantikan peran televisi dalam mempopularkan karya musik. Hal itu telah lama dibuktikan, mulai dari tenarnya Justin Bieber hingga fenomena yang dialami Maliq & D'Essentials (MAD).

Band asal Jakarta ini memang selalu jadi raja pensi dan festival musik berkat karya mereka yang tak lekang masa. Selain itu visual berkelas yang ditampilkan MAD juga membuat mereka relate dengan generasi yang lebih muda.

Akan tetapi memasuki usia ke-22 tahun Angga dkk membuat gebrakan lewat karya-karya terbaru. Jika biasanya band yang sudah established bakal kesulitan memasarkan lagu baru, Maliq & D'Essentials berhasil mematahkan stigma tersebut, meski ada juga noise yang muncul dari berbagai sisi.

Lagu 'Aduh' dan 'Kita Bikin Romantis' secara ajaib membuat MAD diperbincangkan di media sosial. Jatuh cinta dirayakan secara literal dan cukup 'ugal-ugalan' di dua lagu andalan untuk album 'Can Machines Fall In Love?'.

Karya ini jadi album studio MAD yang ke-9 dengan total 7 lagu, termasuk intro singkat berdurasi semenit kurang. Lagu-lagunya diciptakan dan diproduksi secara mandiri oleh para musisi berpengalaman ini dengan racikan sound familiar.

Hal itu juga mungkin yang membuat album ini terasa lebih ringan dan mudah menggaet hati dan telinga. Sepertinya mereka benar-benar ingin merayakan perasaan cinta tanpa banyak dialektika. Ada nuansa album Senandung Senandika di sini, hanya saja dengan pendekatan penyampaian lirik yang berbeda.

Selain 'Dadidu Di Dada' yang mengusung nuansa vintage ceria, trek 'Terus Terang' juga membawa kebaruan dengan intro dan verse yang dibalut iringan gitar akustik. Di bagian akhir ada lagu 'Begini Begitu' yang mengakomodir lagu dengan aransemen minimal dengan dampak maksimal, dan 'Hari Terakhir' yang juga membawa sedikit nuansa album pertama.

Sementara untuk 'Aduh' dan 'Kita Bikin Romantis', Widi dkk hanya berusaha meng-embrace perasaan cinta dan tertuang dalam lagu. Sejumlah orang menilai dua lagu ini cringe atau terlalu cheesy, tapi jatuh cinta kadang memang kadang sesederhana itu.

Yang paling terasa di album ini, tak lain adalah duo vokalis yang mendapat spotlight lebih. Nyaris tak ada aransemen rumit seperti lagu 'Aurora' atau 'Musim Bunga', yang mungkin akan lebih mudah menyusupi telinga pendengar-pendengar baru.

Momentum viralnya karya-karya Maliq & D'Essentials jadi bukti positif, karya mereka masih bisa relevan dengan zaman dan memperluas penikmat jadi lebih luas. Selamat ulang tahun ke-22 dan selamat memasuki masa emas berikutnya.