Bagikan:

JAKARTA - Indonesia memiliki banyak musisi yang tersebar di berbagai daerah dengan keunikannya masing-masing. Beberapa diantaranya mengusung musik kontemporer dengan unsur-unsur lokal seperti memasukkan instrumen musik tradisional atau penggunaan bahasa daerah dalam lirik.

Aldila Karina selaku Director of Communications demajors mengatakan, musisi-musisi lokal tersebut memerlukan dukungan untuk mengembangkan karya dan karier musiknya.

Sebagaimana demajors yang membentuk sub-label bernama Bahasa Ibu Records (BIR) yang berfokus menaungi musisi lokal, Aldila menyebut pentingnya mengangkat potensi mereka ke permukaan, agar lebih dikenal secara nasional.

“Label musik yang memang berbasis budaya populer yang mengangkat bahasa daerah tradisional dan kontemporer, kalau ditanya seberapa penting? ya tentu sangat penting. Karena musisi musik Nusantara itu adalah citra ataupun roh dari musisi Indonesia,” kata Aldila Karina di Pondok Labu, Jakarta Selatan pekan lalu.

“Lantas atas kehadiran BIR ini, semoga saja kedepannya para musisi yang berlatar belakang tradisi dan lainnya bisa lebih terekspose, sama seperti yang dilakukan demajors di masa lalu, dan nikmatnya bisa kita rasakan sekarang,” lanjutnya.

Aldila mencontohkan Lorjhu sebagai salah satu grup musik yang mampu merambah pasar musik nasional. Bahasa Madura yang digunakan Badrus Zeman cs dalam menulis lirik lagu, tidak menghalangi pendengar dengan latar belakang berbeda mendengar musik mereka.

“Tidak mudah menghadirkan musik tradisi ke masyarakat budaya populer, tapi Lorjhu bisa. Saya bilang Lorjhu menjadi salah satu contoh yang cukup sukses, meskipun lagu ataupun liriknya menggunakan bahasa Madura. Ternyata kiprahnya begitu dilirik banyak pihak, bukan cuma dari kalangan tradisional tapi justru budaya musik pop juga melirik,” tutur Aldila Karina.

“Meski musiknya tradisional, pendengarnya adalah pendengar musik populer. Jadi, semoga itu bisa membantu para musisi-musisi tradisional lainnya untuk lebih terekspose,” pungkasnya.