JAKARTA - Isu plagiarisme lagu kembali menjadi perbincangan publik. Kali ini yang melakukannya diduga sebagai pendukung Paslon Ganjar-Mahfud di Pemilu Presiden-Wakil Presiden 2024.
Tujuh wanita muda yang disebut tergabung dalam grup GM24 mengunggah video klip lagu berjudul Langit Cerah yang ditujukan untuk mendukung Ganjar dan Mahfud. Namun, lagu tersebut sangat mirip dengan lagu After School dari Weeekly, sehingga dugaan plagiat tidak terhindarkan.
Menanggapi isu plagiarisme lagu di Indonesia, pengamat musik Denny MR menekankan pentingnya moralitas bagi kreator atau penulis lagu.
Menurut Denny, terdapat tolok ukur tersendiri saat sebuah lagu disebut sebagai karya plagiat dari lagu lain. Namun, tolok ukur tersebut bisa saja “diakali” si pencipta, sehingga sangat sulit untuk dibuktikan.
“Kalau notasinya sama persis sepanjang tiga birama, itu sudah bisa dikatakan plagiat. Tapi menurut saya bukan di situ masalahnya. Kalau tolok ukurnya tiga birama baru dibilang plagiat, itu betul. Tapi musisi itu kan orang-orang yang pintar, jadi bisa saja sebelum tiga birama dibelokin,” kata Denny MR saat dihubungi VOI pada Selasa, 16 Januari.
“Kalau saya sih lebih kepada moralitas penciptanya, bukan pada kaidah-kaidah plagiarisme,” imbuhnya.
Terlebih, Denny melihat kasus plagiarisme lagu tidak pernah masuk ke ranah hukum di Indonesia.
Terhadap beberapa karya yang disebut mirip, ia juga menilai sulit untuk membuktikan apakah si penulis lagu terinspirasi dari lagu lain atau benar-benar melakukan praktik plagiarisme.
“Lagi pula kalau di dunia kreatif, khususnya di dunia musik, itu hal lumrah. Saling memengaruhi dan menginspirasi itu sudah dari dulunya begitu. Mungkin karena itu muncul kaidah tiga birama tadi,” kata Denny.
“Cuma kalau menurut sejarahnya ya dari zaman dulu juga begitu, bukan hal baru. Saya bukan membenarkan ya, tapi isu seperti ini dari dulu juga begitu,” lanjutnya.
BACA JUGA:
Oleh karenanya, Denny melihat pentingnya moralitas dalam dunia kreatif. Hanya dengan itu, perkembangan yang begitu pesat dalam dunia kreator seperti saat ini bisa terhindar dari kasus plagiarisme.
“Sekarang kan apa sih yang nggak bisa diakalin? Bukan cuma lagu aja, apa-apa bisa diutak-atik, apalagi zaman semakin canggih. Jadi, pegangannya ya moralitas aja. Kalau seorang pencipta udah masa bodoh sama masalah moralitas ya kelar, dia akan mengambil habis siapa aja untuk ciptaannya,” pungkas Denny MR.