JAKARTA - The Panturas berkesempatan mencoba hal baru saat berkolaborasi dengan Iga Massardi, Lorjhu, dan Putra Sriwijaya dalam proyek musik Collabonation X yang dirilis di YouTube pekan lalu.
Sebagai band yang berasal dari Jatinangor, Sumedang dan dekat dengan kebudayaan Sunda, The Panturas untuk pertama kalinya berkolaborasi dengan kesenian lokal Madura, tempat asal dari Lorjhu.
“Unsur kebudayaan itu kita masukin tarian Madura, karena Lorjhu asalnya dari Madura. Jadi di musiknya ada saronen (alat musik tradisional), terus ada Can Macanan dan Singa-Singaan,” kata Bagus alias Gogon (bass) saat ditemui di Kemang, Jakarta Selatan baru-baru ini.
“Di Irama Pesisir ini ada juga tarian Madura. Jadi, emang kita mau mengawinkan unsur musik, seni pertunjukkan dan adat Madura,” lanjutnya.
Gogon juga sangat mengapresiasi gaya musik Lorjhu yang kental dengan nilai-nilai budaya asalnya. Sebagai band dari Tanah Sunda, The Panturas senang bisa ikut memperkenalkan kebudayaan Madura lebih luas ke masyarakat Indonesia.
“Unsur Madura kenapa kita sepakat di sana, karena Madura itu belum banyak yang tahu. Banyak yang tahunya makanan kayak sate Madura atau bebek Madura, atau orangnya Tretan Muslim doang. Tapi, mereka nggak tahu sebenarnya ada kesenian Madura yang keren banget loh. Dan semua orang harus tahu,” tutur Gogon.
The Panturas sadar tidak mudah untuk menggabungkan musiknya dengan unsur-unsur musik dan kesenian Madura. Namun, mereka puas dengan arahan yang diberikan Iga Massardi yang juga bertindak sebagai produser dalam proyek ini.
BACA JUGA:
Sempat mencari tahu seperti apa kesenian Madura, para personel The Panturas juga banyak dibantu mengenal kebudayaan Madura saat proses penggarapan berlangsung.
Secara keseluruhan, Surya alias Kuya (drum) mengaku puas dengan kolaborasi yang dilalui. Mereka belajar seperti apa kesenian Madura, dan bagaimana para musisinya mampu mengangkat nilai budaya lokal dalam karya-karyanya.
“Karena kita itu apapun proyeknya untuk belajar juga, termasuk belajar kebudayaan Madura itu,” pungkas Kuya.