Bagikan:

JAKARTA - Kecelakaan sepeda motor yang diakibatkan oleh human error masih menjadi penyebab utama tingginya kecelakaan di Indonesia. Fakta tersebut menjadi masuk akal sebab 85 persen rumah tangga di Indonesia memiliki sepeda motor.

Sementara itu, berdasarkan temuan dari Korps Lalu Lintas Kepolisian (Korlantas) menunjukkan bahwa sebanyak 76 persen kasus kecelakaan di Indonesia melibatkan sepeda motor. Penyebab tertinggi kecelakaan tersebut  adalah karena kegagalan menjaga jarak aman dan kecerobohan saat berkendara, termasuk mengabaikan etika dan peraturan berkendara yang tentunya berkaitan dengan pengereman.

Menurut  Asst to Service Dept  Head PT SIS   Hariadi,  dalam seni berkendara, teknik pengereman penting untuk dikuasai dalam berkendara.

“Kecelakaan akibat perilaku pengendara yang kurang berhati-hati bisa terjadi kapan saja dan tidak terprediksi. Pengetahuan dan penguasaan teknik pengereman bisa membantu menghindari pengemudi dari kondisi fatal di perjalanan," katanya, dalam keterangan resminya, Jumat, 17 Mei.

Untuk mengurangi risiko kecelakaan, Suzuki memberikan beberapa tips praktis untuk pengereman yang aman. Lantas apa saja? Yuk simak di bawah ini.

Jaga posisi motor tetap lurus saat pengereman

Saat berkendara, berjaga-jagalah dan atur etika postur berkendara yang benar yaitu posisi duduk yang tegak dan rileks, serta kedua tangan memegang kendali pada stang kemudi dengan siku sedikit dibengkokkan agar memiliki kontrol lebih saat mengendalikan motor.

Saat dihadapkan dengan situasi tidak terduga dan memerlukan pengereman, jaga arah roda motor tetap berada pada keadaan lurus agar keseimbangan tetap terjaga dan memastikan traksi maksimal pada ban motor saat melakukan pengereman.

Jangan panik

Pengguna kendaraan jangan panik saat berhadapan dalam situasi darurat, perlu diingat bahwa pengereman harus dilakukan secara bertahap. Misalnya, menarik tuas rem depan disusul dengan tuas rem belakang dengan bertahap dan interval yang konstan agar kecepatan motor menurun secara bertahap tanpa mengunci roda atau menghindari kampas rem menjadi panas.

Ketahui interval waktu untuk pengambilan keputusan di jalan

Menjaga jarak antar kendaraan sangat krusial untuk memberi waktu pengambilan keputusan pengereman yang baik. Pada umumnya jarak pandang mata normal seseorang sejauh 30 m. Jarak ini merupakan situasi ideal untuk dapat membaca, memprediksi, dan mengambil keputusan saat berkendara.

Dalam kondisi jalan normal, seseorang dapat merespon kondisi mulai dari menangkap sinyal hingga melakukan pengereman (misalnya terhadap lampu merah dan anjuran lalu lintas) dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan kondisi tidak terduga. Seringkali saat dihadapkan pada kondisi mengejutkan seperti ada penyeberang dadakan atau kendaraan yang memotong arah, pengemudi butuh waktu lebih lama, dimana pengendara biasanya akan mencerna sinyal bahaya dalam waktu 1.5 detik dan memutuskan untuk melakukan pengereman pada detik berikutnya.

Sadar kondisi sekitar dan jaga jarak aman

Menurut TMC Polda Metro Jaya, semakin rendah kecepatan berkendara maka semakin kecil pula jarak yang harus diterapkan, begitu pula sebaliknya. Misalnya untuk kecepatan 30km/jam maka jarak aman adalah 30 meter, sedangkan untuk kecepatan 80km/jam maka jarak aman adalah 80 meter. U

 Pastikan kondisi tubuh prima

Kegagalan respons terhadap bahaya sehingga mengakibatkan kecelakaan biasanya disebabkan oleh kondisi pengendara yang kelelahan. Untuk itu, pastikan kondisi tubuh prima dan hindari pula berkendara pada larut malam atau di luar jam beraktivitas, dan tidak sedang mengonsumsi obat-obatan yang memiliki efek samping pada tubuh.

Lakukan pemeriksaan ringan sebelum berkendara

Motor yang digunakan dalam aktivitas harian perlu perhatian berkala khususnya pada alat kendali dan ban. Di awal berkendara lakukan tes pengereman depan dan belakang untuk memastikan tiap rem dapat menghentikan motor dengan baik saat melaju. Selain itu setiap minggunya pemeriksaan tekanan dan tapak ban juga baik untuk dilakukan sehingga dapat mengantisipasi risiko yang bisa timbul akibat ban yang telah terdegradasi kualitasnya.