<i>World No Tobacco Day</i>: Kekhawatiran Dunia pada Tembakau dalam Sejarah Hari Ini, 31 Mei 1987
Ilustrasi foto buruh pabrik tembakau (Conscious Design/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Setiap 31 Mei diperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day/WNTD). Peringatan tahunan ini menginformasikan kepada publik tentang bahaya penggunaan tembakau dan praktik bisnis perusahaan tembakau.

WNTD juga menunjukkan apa yang dilakukan World Health Organization (WHO) untuk memerangi epidemi penggunaan tembakau. Peringatan juga mengarahkan apa yang dapat dilakukan orang di seluruh dunia untuk mengklaim hak mereka atas kesehatan dan hidup sehat serta melindungi generasi masa depan.

Tema WNTD adalah "Berhenti menggunakan tembakau untuk menjadi pemenang" atau "Commit to quit". Di seluruh dunia, ada beberapa kampanye media sosial, di mana orang-orang mengunggah ide dan tips membantu orang lain berhenti merokok.

Menggunakan tagar #CommitToQuit, kampanye diharapkan menginspirasi publik untuk menahan diri dari asupan tembakau.

Peringatan WNTD pertama 

Markas PBB (Sumber: Commons Wikimedia)

Pada 1987, negara anggota WHO menciptakan WNTD untuk menarik perhatian terhadap epidemi tembakau. Mereka juga berfokus pada penyebab kematian dan penyakit akibat tembakau yang dapat dicegah.

Majelis WHO lalu mengeluarkan Resolusi WHA 40.38 dan memilih 7 April 1988 sebagai "Hari tanpa rokok sedunia". Kemudian, pada 1988, Resolusi WHA 42.19 disahkan untuk semua pekerja kesehatan dan komunitas untuk membantu orang berhenti merokok.

Majelis tersebut kemudian memperingati WNTD pada 31 Mei yang hingga sekarang diperingati setiap tahun di seluruh dunia. Mengutip situs web WHO, epidemi penggunaan tembakau adalah salah satu ancaman kesehatan masyarakat terbesar yang pernah dihadapi dunia.

Konsumsi tembakau mengakibatkan tewasnya lebih dari 8 juta orang setiap tahun di seluruh dunia. Lebih dari 7 juta kematian tersebut disebabkan oleh penggunaan tembakau langsung sementara sekitar 1,2 juta disebabkan oleh non-perokok yang terpapar asap rokok orang lain.

Semua bentuk tembakau berbahaya dan tidak ada tingkat paparan tembakau yang aman. Merokok adalah bentuk penggunaan tembakau yang paling umum di seluruh dunia. Produk tembakau lainnya adalah termasuk tembakau pipa, berbagai produk tembakau tanpa asap, cerutu, cerutu kecil, tembakau linting sendiri, tembakau pipa, bidis dan kretek.

Ilustrasi foto (Baddy Abbas/Unsplash)

Penggunaan tembakau pipa merusak kesehatan dengan cara yang mirip dengan penggunaan tembakau rokok. Namun, bahaya kesehatan dari penggunaan tembakau pipa seringkali kurang dipahami oleh pengguna.

Penggunaan tembakau tanpa asap sangat membuat ketagihan dan merusak kesehatan. Bagi yang masih asing, tembakau tanpa asap digunakan dengan meletakkan tembakau kunyah atau hisap di dalam mulut, yaitu di antara pipi bagian dalam dan gusi di bagian bawah rahang. Tembakau tersebut lalu dikunyah dan dihisap cairan tembakau yang keluar. 

Meski tanpa asap, tembakau tersebut mengandung banyak racun. Racun tersebut menjadi penyebab kanker dan penggunaannya meningkatkan risiko kanker kepala, leher, tenggorokan, kerongkongan dan rongga mulut serta berbagai penyakit gigi. 

Sementara itu lebih dari 80 persen dari 1,3 miliar pengguna tembakau di seluruh dunia tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah, di mana beban penyakit dan kematian terkait tembakau paling berat. Penggunaan tembakau berkontribusi pada kemiskinan dengan mengalihkan pengeluaran rumah tangga dari kebutuhan dasar seperti makanan dan tempat tinggal ke tembakau.

Pada 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pengeluaran rokok, khususnya rokok kretek filter, menjadi penyumbang terbesar kedua pada kemiskinan. Dalam catatan BPS, angka kontribusi rokok sebesar 11,17 persen di perkotaan dan 10,37 persen di pedesaan.

"Rokok kretek filter menjadi terbesar kedua terhadap garis kemiskinan," kata Kepala BPS Cuk Suhariyanto, dikutip dari Kompas.

Kontribusi penggunaan rokok pada angka kemiskinan kalah dari komponen makanan, yaitu beras, yang berada di posisi pertama dengan kontribusi 20,35 persen di perkotaan dan 25,82 persen di pedesaan. 

*Baca Informasi lain soal SEJARAH DUNIA atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.

SEJARAH HARI INI Lainnya