Bagikan:

JAKARTA – Samudra Pasai diyakini sebagai kerajaan Islam pertama yang ada di Indonesia. Berdasarkan sumber sejarah Kerajaan Samudra Pasai, terdapat beberapa bukti kuat yang menyatakan eksistensinya di masa lampau.

Samudra Pasai yang berbentuk kesultanan, memiliki nama lain yaitu Samudera Darussalam. Wilayah kerajaan ini berada di pesisir pantai utara Sumatera, atau di sekitaran Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara.

Meskipun belum ada bukti kuat terkait keberadaan Kerajaan Samudra Pasai di masa lampau, namun beberapa sumber sejarah sepakat dan cukup meyakinkan jika kerajaan tersebut pernah ada dan jaya masa masanya.

Marco Polo Deskripsikan Wilayah Samudra Pasai dalam Catatan Perjalanan

Meskipun catatan versi Marco Polo masih perlu penelitian lebih lanjut, namun dirinya mencatat jika pernah mengunjungi wilayah Kerajaan Samudra Pasai, yang sebelumnya merupakan Kerajaan Perlak.

Marco Polo singgah di pesisir Selat Malaka pada tahun 1292 dan menuliskan jika Ferlac atau Perlak (wilayah Kerajaan) merupakan daerah yang sudah mengenal hukum Islam.

Adapun yang membawa syariat dan ajarah Islam di wilayah Perlak adalah para pedagang Saracen (para pedagang dari Jarizah Arab). Sebelumnya, masyarakat Perlak menyembah berhala.

Samudra Pasai Menurut Penuturan Ibn Batuthah.

Kerajaan yang didirikan Marah Silu pada tahun 1267 ini juga tercatat dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq tulisan seorang pengelana asal Maroko Abu Abdullah ibn Batuthah.

Ibn Batuthah diketahui singgah ke Kerajaan Samudra Pasai pada tahun 1345. Dirinya menuturkan ketika di Cina melihat kapal Sultan Pasai.

Rute Perjalanan Ibnu Battuta. (Gambar- history)

Pemaparan Ibn Batuthah tersebut diperkuat dengan berita Cina yang mencatat jika utusan Kerajaan Pasai rutin datang ke Cina guna menyerahkan upeti.

Selain ke Cina, bukti lainnya menyebut jika Sultan Pasai juga rutin mengirim utusan ke Quilon, India Barat pada tahun 1282.

Tome Pires Menyebut “Pase” dalam Bukunya

Seorang penjelajah dan ahli obat-obatan asal Portugis, Tome Pires dalam bukunya yang berjudul Suma Oriental menulis jika dirinya pernah singgah di wilayah Kerajaan Samudra Pasai.

Pires menyebut ibu kota kerajaan kala itu bernama Pase, akan tetapi oleh beberapa disebut sebagai Camotora. Dirinya mencatat jika kerajaan tersebut memiliki kota-kota yang besar dengan penduduk yang padat.

Selanjutnya, Pires juga menjelaskan terkait ekspor komoditas yang dilakukan Kerajaan Samudra Pasai yang didominasi dengan lada dan dapat mengekspor 8.000-10.000 bahar (1 bahar kira-kira 350 kilogram) per tahunnya.

Meskipun dapat mengekspor 2.800 hingga 3.500 ton setiap tahunnya, kualitas lada dari Kerajaan Samudra Pasai, menurut Pires tidak lebih baik dari lada cochin lantaran tidak begitu besar, cekung, tidak tahan lama, dan memiliki aroma yang tidak terlalu harum.

Kerajaan Samudra dalam Berita Cina

Jejak Kerajaan Samudra Pasai juga termaktub dalam catatan perjalanan orang-orang Cina, yang ditulis sebagai kola belahan juga destinasi pelayaran dan berdagang.

J.V. Mills dalam buku Chinese Navigations in Insulinde About AD 1500 menjelaskan jika terdapat beberapa rute pelayaran orang Cina di nusantara, salah satunya adalah Samudra Pasai atau “Su-menta-la”.

Dari Su-menta-la, rute orang Cina selanjutnya adalah Ch ‘ieh-nan-mao atau Pulau We. Selanjutnya, dari Pulau We ke Nan-wu-li atau Lambri akan dijumpai kapal-kapal yang berlayar dari Masulipatam dan Quilon.

Kerajaan Samudra Pasai, Lokasi Strategis Perdagangan Masa Lampau

Di masa lalu, Kerajaan Samudra Pasai adalah surga para pengelana lantaran memiliki pasar pantai yang terletak strategis dan tidak jauh dari Bandar.

Sebagai pintu masuk, Samudra Pasai menyuguhkan transaksi yang dinamis yang mem pertemukan berbagai bangsa-bangsa. Menariknya, komoditas impor di sana lebih mendominasi dibandingkan dengan lokal.

Berada di jalur Selat Malaka, nama Samudra Pasai menjadi perhatian dunia internasional di masa lampau. Wilayah tersebut merupakan tempat singgah pelayaran jarak jauh dari India, Arab, dan Afrika.

Meskipun pernah berjaya pada masanya, namun keagungan Kerajaan Samudra Pasai harus berakhir ketika bangsa Eropa mendatangi Nusantara. John Middleton dalam buku World Monarchies and Dynasties menuliskan jika Kerajaan Samudra Pasai runtuh setelah Portugis menyerang di tahun 1521.

Selain sumber sejarah Kerajaan Samudra Pasai, ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!