Bagikan:

JAKARTA – Pramuka atau Praja Muda Karana (yang berarti “Jiwa Muda yang Suka Berkarya”) merupakan organisasi kepanduan yang hampir diikuti oleh seluruh siswa sekolah di Indonesia.

Berdasarkan data laman resmi Kepanduan Dunia, kini terdapat lebih dari 50 juta anggota Pramuka Dunia yang aktif, terdiri dari orang muda, dewasa, pria, dan wanita. Semua anggota Pramuka tersebut, tersebar lebih dari 200 negara.

Kemudian sekitar 500 juta orang telah menjadi Pramuka, banyak di antaranya merupakan orang-orang terkemuka. Namun siapa sangka jika Pramuka pada mulanya hanya memiliki 20 anggota anak laki-laki.

Melalui artikel kali ini, Tim VOI akan menghadirkan kepada pembaca lini masa sejarah dan perkembangan Pramuka dunia, hingga masuknya di Indonesia.

Sejarah Pramuka Pertama Kali: Terdiri dari 20 Anggota

Sebanyak 20 anggota Pramuka pertama mengikuti pelatihan di kamp percobaan pada tahun 1907. Pelatihan tersebut dilaksanakan selama sembilan hari pada bulan Agustus di Pulau Brownsea, Inggris.

Pelatihan yang diinisiasi oleh Robert Baden-Powell (kelak dikenal sebagai Bapak Pandu Dunia) sukses besar. Hal tersebut membuktikan jika pelatihan dan metode kepanduan menarik bagi kaum muda pada masa itu.

Buku Scouting for Boys Diterbitkan Baden-Powell

Buku Scouting for Boys. (Foto- Pinterest)

Kemudian pada bulan Januari 1908, Baden-Powell menerbitkan buku edisi pertama berjudul Scouting for Boys. Buku tersebut laku keras dan telah terjual lebih dari 100 juta eksemplar dan menjadi buku terlaris sepanjang masa.

Maksud dan tujuan Baden-Powell hanyalah menyediakan metode pelatihan bagi anak laki-laki—yang sebenarnya diadopsi oleh organisasi pemuda sebelumnya, seperti Boys 'Brigade dan YMCA.

Namun di luar dugaan, anak-anak muda di awal abad 20 menggemari metode yang diajarkan Baden-Powell. Organisasi Kepanduan menjadi salah satu gerakan pemuda sukarela terbesar di dunia.

Peran Pramuka dalam Perang di Inggris

Di tahun 1909, buku Scouting for Boys telah diterjemahkan ke dalam lima bahasa. Sementara itu, di negara asalnya Inggris, Pramuka telah menyumbang 11.000 anggota dalam aksi massa.

Pramuka kemudian menyebar ke luar Inggris, beberapa di antaranya adalah Chili, Kanada, dan Amerika Serikat.

Selanjutnya, pada tahun 1914 atau tahun meletusnya Perang Dunia I, pelatihan Pramuka yang diberikan melalui sistem patroli membuktikan manfaatnya.

Kontribusi Pramuka dalam perang di Inggris dilakukan dalam banyak hal, yang paling terkenal adalah Sea Scouts yang berperan menggantikan para penjaga pantai.

Jambore Pramuka Pertama Kali di Dunia

Jambore Kepanduan Dunia pertama diadakan pada tahun 1920 di Olympia London. Jambore yang dihadiri 8.000 peserta tersebut, membuktikan jika kaum muda dari berbagai negara dapat berkumpul, berbagi minat, dan memiliki cita-cita yang sama.

Setelah Jambore di  Olympia tersebut, kemudian menyusul 21 Jambore lainnya di berbagai lokasi yang berbeda.

Selama Jambore, Konferensi Kepanduan Dunia pertama (yang kemudian disebut “International Scout Conference”) diadakan dengan perwakilan 33 Organisasi Kepanduan Nasional.

Selanjutnya, Biro Internasional Pramuka yang kemudian menjadi Biro Kepanduan Dunia didirikan di London pada tahun 1920.

Dua tahun setelahnya, Komite Kepanduan Dunia pertama dipilih pada Konferensi Internasional ke-2 di Paris. Pada waktu itu Keanggotaan Kepanduan Dunia memiliki anggota 1 juta orang lebih.

Jungle Book karya Rudyard Kipling dan Program Pramuka Awal

Program Kepanduan pada mulanya ditujukan bagi anak laki-laki berusia 11 sampai 18 tahun. Akan tetapi, kemudian muncul kepanduan bagi anak perempuan.

Pada tahun 1910, Baden-Powell menginisiasi program kepanduan perempuan. Agnes, saudara  perempuan Baden-Powell dipercaya untuk mengelola organisasi tersebut.

Selanjutnya pada tahun 1915, Baden-Powell menjadi Ketua Asosiasi Kepanduan Perempuan. Kemudian istri Baden-Powell Olave menjadi Kepala Pemandu yang baru pada tahun 1918.

Cover buku The Jungle Book (Gambar- thoughtco)

Selanjutnya terdapat A Wolf Cub yang khusus dibentuk untuk anak laki-laki yang lebih muda. Gerakan tersebut menggunakan sastra dalam penerapannya, yaitu dengan buku berjudul Jungle Book karya Rudyard Kipling.

Karya Kipling merupakan kerangka simbolik imajinatif untuk menjalankan Pramuka bagi anak-anak. Kemudian untuk anak laki-laki yang lebih tua dibentulkan Rover Scout.

Pramuka di Masa Perang Dunia II

Pada masa Perang Dunia II, Pramuka berkembang pesat di seluruh penjuru dunia—kecuali di negara-negara totaliter yang melarangnya.

Pramuka atau kepanduan bersifat sukarela dan berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi. Hal tersebut membuat Pramuka selama Perang Dunia II memiliki banyak tugas di antaranya pembawa pesan, pemadam kebakaran, pembawa tandu, pengumpul barang bekas, dan sebagainya.

Pada negara-negara jajahan, Pramuka menjadi organisasi rahasia dan memainkan peran penting dalam gerakan perlawanan bawah tanah. Setelah perang usai, ternyata gerakan Pramuka di beberapa negara jajahan justru meningkat.

Sejarah Awal Mula Pramuka di Indonesia

Sebelumnya, VOI pernah membahas sejarah Pramuka di Indonesia melalui tulisan  Memori berjudul Sejarah Gerakan Pramuka di Indonesia dan Dunia. Berikut beberapa rincian dan beberapa penambahan.

Berdasarkan laman resmi Kemendikbud, awal gerakan Pramuka di Indonesia ditandai dengan Nederlandesche Padvinders Organisatie (NPO) pada 1912. NPO merupakan kepanduan milik Belanda yang pada tahun 1916 berubah nama menjadi Nederlands Indische Padvinders Vereniging (NIVP).

Selain NIVP, di tahun 1916 Mangkunegara VII membentuk Organisasi Kepanduan pertama Indonesia Javaansche Padvinder Organisatie (JPO).

JPO kemudian memicu munculnya berbagai gerakan nasional lainnya di antaranya Hizbul Wahton (1918), JJP atau Jong Java Padvinderij (1923), Nationale Padvinders (NP), Nationaal Indonesische Padvinderij (NATIPIJ), dan Pandoe Pemoeda Sumatra (PPS).

Kemudian pada tahun 1926, terjadi penyatuan organisasi pandu yang ditandai dengan kelahiran INPO (Indonesische Padvinderij Organisatie). INPO sendiri merupakan peleburan dua organisasi kepanduan sebelumnya yaitu NPO dan JIPO.

Belanda kemudian melihat gerakan Pramuka pribumi cukup banyak dan meresahkan. Kemudian Belanda melarang organisasi kepramukaan di luar milik Belanda menggunakan istilah Padvinder.

Agus Salim Kenalkan “Pandu” di Indonesia

Setelah Padvinder dilarang, kemudian K.H Agus Salim mengenalkan istilah “Pandu” atau “Kepanduan”. Kemudian pada tanggal 23 Mei 1928 lahir Persaudaraan Antar Pandu Indonesia (PAPI) yang merangkum INPO, SIAP, NATIPIJ, dan PPS.

Agus Salim. (Gambar- Kemsos.go.id)

Gerakan Kepanduan Indonesia bertahan hingga masa kemerdekaan dan menjadi organisasi yang memupuk jiwa nasionalisme. Hingga pada 28 Desember 1945 lahirlah gerakan kepanduan yang bersifat nasional yaitu Pandu Rakyat Indonesia.

Selanjutnya, Persatuan Kepanduan Indonesia (PERKINDO) dibentuk, akan tetapi terkendala lantaran tidak kompaknya anggota-anggota yang tergabung di dalamnya.

Barulah pada tahun 1960, Presiden Sukarno dan MPRS berupaya memperbaiki organisasi kepramukaan Indonesia. Sukarno mengumpulkan para tokoh dari gerakan kepramukaan indonesia dan menyatakan harus melakukan pembaruan.

Selanjutnya pada 14 Agustus 1961, Sukarno menginisiasi agar aktivitas pendidikan harus diganti dan seluruh organisasi kepanduan dilebur menjadi satu. Momen bersejarah tersebut kemudian yang melahirkan kepanduan Indonesia dengan nama Pramuka.

Terdapat beberapa nama yang menjadi panitia awal Pramuka di Indonesia di antaranya Sultan Hamengkubuwono XI, Prof. Prijono. Dr. A. Aziz Saleh, dan Achmadi.

Selain sejarah Pramuka Dunia dan Indonesia, ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!