Sasaran Demonstran <i>Black Lives Matter</i> Inggris Selanjutnya: Patung Pendiri Pramuka Robert Baden-Powell
Patung Robert Baden-Powell (Sumber: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Aksi warga dunia merobohkan patung-patung yang memiliki sejarah kelam soal rasisme, diskriminasi, perbudakan, dan penjajahan jadi sorotan. Di Inggris, demonstran 'Black Lives Matter' mengancam merobohkan patung pendiri gerakan pramuka, Robert Baden-Powell.

Sebelumnya, para demonstran juga merobohkan patung pedagang budak abad ke-17, Edward Colston dan melemparkannya ke pelabuhan. Dilansir Reuters, Jumat, 12 Juni, Dewan Kota Poole, Inggris kini meningkatkan penjagaan 24 jam di sekitar lokasi patung Baden-Powell.

Penjagaan dilakukan untuk sementara waktu. Nantinya, patung akan diturunkan dan dipindah ke lokasi baru kala proses mereda.

Pemerintah mengakui, ada beberapa aspek kehidupan Robert Baden-Powell yang dianggap kontroversial bagi warga Inggris. Baden-Powell dikenal sebagai pendukung Hitler dan rasis.

"Sementara terkenal sebagai pelopor Pramuka, kami juga mengakui bahwa ada beberapa aspek kehidupan Robert Baden-Powell yang dianggap kurang layak untuk diperingati," kata ketua Dewan Kota Poole, Vikki Slade.

Senada dengan Vikki, wakil Ketua Dewan Kota Polle, Mark Howell pun mengungkap, meski warganya merasa bangga dengan hubungan Baden-Powell dengan gerakan Pramuka di Polle, tetap saja ada orang lainnya yang merasakan amarah atas dosa masa lalu pendiri Pramuka. Untuk itu, pemindahan sementara patung yang memandang ke arah Pulau Brownsea sedang direncanakan.

“Meskipun kami tidak bisa mengatakan kapan pemindahan sementara mungkin terjadi, kami akan menyediakan keamanan 24 jam sampai dihapus atau ancamannya berkurang," ucapnya.

Hal itu sungguh dilematis. Di satu sisi, Baden-Powell telah dipuja-puji karena mendirikan gerakan pramuka yang memiliki 54 juta anggota di seluruh dunia, berdasarkan jejak pendapat 2007. Namun, sisi lainnya, Baden-Powell dikenal sebagai seseorang yang memiliki pandangan rasis dan mendukung Adolf Hitler dan fasismenya.

Seorang juru bicara untuk gerakan Pramuka menyatakan segera membahas persoalan ini lebih lanjut bersama Dewan Kota Polle. "Untuk membuat keputusan berdasarkan informasi tentang apa yang terjadi selanjutnya,” ucapnya.