Bagikan:

JAKARTA - Hari ini 5 Februari lebih dari seabad lalu atau pada 1909, ilmuwan asal Amerika Serikat (AS) Leo Baekeland, berhasil menciptakan plastik sintetis pertama di dunia. Penemuan bernama Bakelite itu pertama kali dipamerkan di forum American Chemical Society. Ia mencoba menemukan pengganti shellac, produk yang dibuat dengan memproses serangga lac.

Melansir acs.org, Jumat 5 Februari 2021, shellac digunakan untuk berbagai keperluan, seperti pewarna pakaian, make up dan bahan pelapis isolator. Dari beberapa spesies serangga lac yang berbeda, dibutuhkan ribuan serangga lac untuk memanen cukup banyak resin shellac, meski demikian shellac yang dihasilkan sedikit. Selain itu produksinya memakan waktu dan mahal. Alternatif yang lebih murah dan mudah tentunya akan menguntungkan.

Sementara itu, saat mengerjakan pengikat asbes, bahan tahan panas pada lapisan rem luar, Baekeland menggabungkan fenol dan formaldehida untuk menghasilkan apa yang disebutnya bakelite. Bakelite dapat dibentuk dan lebih baik dari shellac serta lebih murah saat proses produksi.

Selain itu, dapat dicetak dengan sangat cepat, suatu keuntungan besar dalam proses produksi massal di mana banyak unit identik diproduksi satu demi satu. Bakelite adalah jenis bahan yang setelah dicetak, mempertahankan bentuknya bahkan jika dipanaskan.

Bakelite juga sangat cocok untuk industri kelistrikan dan mobil yang sedang berkembang karena ketahanannya yang luar biasa tinggi. Bakelite langsung digunakan untuk semua bagian non-konduktor radio dan perangkat listrik lainnya, seperti soket untuk bola lampu dan tabung elektron, penyangga untuk semua jenis komponen listrik, tutup distributor mobil dan isolator lainnya.

Seiring dengan berkembangnya penggunaan listrik, bakelite yang mudah dicetak ditemukan di hampir setiap bidang kehidupan modern. Dari perhiasan dan gagang besi hingga telepon dan impeler mesin cuci, bakelite terlihat di mana-mana dan selalu hadir dalam infrastruktur teknologi. Perusahaan Baekeland yang memproduksi bakelite bahkan punya slogan 'Bahan Seribu Penggunaan.' 

Perkembangan plastik sintetis

Resin Bakelite murni berwarna kuning dan bisa juga menggunakan warna lain. Sayangnya, bahan tersebut cukup rapuh dan harus diperkuat dengan zat lain, biasanya selulosa berupa serbuk gergaji. Setelahnya, semua warna menjadi buram dan seringkali kusam dan berlumpur. Pada 1930, perusahaan Baekeland membangun pabrik seluas 128 hektare di New Jersey untuk memenuhi kebutuhan pasar akan plastik sintesis.

Meski demikin seiring berjalannya waktu, diketahui bahwa bakelite bukan isolator yang baik seperti seluloid. Oleh karena itu, berbagai penelitian dilakukan untuk mencari plastik baru. Baekland lalu membuat fenol, asam yang berasal dari batubara. Hasilnya, bisa menghadirkan polystyrene hingga nilon. 

Saat ini, plastik sintetis ada dimana-mana dan mudah diterima begitu saja. Hampir semua orang dapat menyebutkan selusin produk terkenal yang dibuat sebagian atau seluruhnya dengan plastik: mainan, komputer, peralatan olahraga, perkakas rumah, papan nama, perlengkapan kantor, kemasan, telepon dan aksesori mode. 

Baekeland membuka pintu ke Era Plastik dan menumbuhkan pertumbuhan industri di seluruh dunia yang saat ini mempekerjakan lebih dari 60 juta orang. Saat masa depan terungkap, plastik dan polimer sintetis lainnya akan memainkan peran yang semakin serbaguna dalam kedokteran, elektronik, dirgantara, dan komposit struktural canggih.