Kematian Aktivis Kulit Hitam Afsel Steve Biko di Tangan Kepolisian
Pendiri Gerakan Kesadaran Kulit Hitam (Black Consciousness Movement/BCM) di Afrika Selatan (Afsel) Steve Biko

Bagikan:

JAKARTA - Pendiri Gerakan Kesadaran Kulit Hitam (Black Consciousness Movement/BCM) di Afrika Selatan (Afsel) Steve Biko, meninggal dunia pada 12 September 1977. Kematiannya diketahui akibat luka-luka yang dideritanya saat berada dalam tahanan. Kematian Steve Biko menjadi martir internasional untuk nasionalisme Kulit Hitam di Afsel.

Melansir Britannica, Sabtu 12 September, Biko ikut mendirikan Organisasi Pelajar Afrika Selatan (SASO), sebuah organisasi pelajar yang semuanya adalah kulit hitam. Organisasi tersebut berfokus pada perlawanan apartheid dan kemudian mempelopori Gerakan Kesadaran Kulit Hitam yang baru dimulai di Afsel.

Biko menjadi presiden SASO pada 1969. Tiga tahun kemudian, pada 1972, ia dikeluarkan dari University of Natal karena aktivitas politiknya tersebut. Pada waktu yang sama, Biko ikut mendirikan kelompok aktivis kulit hitam lainnya, Konvensi Rakyat Kulit Hitam dan menjadi pemimpin kelompok tersebut. Grup ini akan menjadi organisasi pusat, yang terus mendapatkan daya tarik di seluruh negeri selama 1970-an.

Pada 1973, Biko dilarang melakukan kegiatan oleh rezim apartheid. Biko dilarang menulis atau berbicara di depan umum, berbicara dengan perwakilan media atau berbicara dengan lebih dari satu orang pada satu waktu. Akibatnya asosiasi, pergerakan dan pernyataan publik anggota SASO terhenti. Bekerja dengan menyamar setelah itu, Biko membentuk Zimele Trust Fund untuk membantu para tahanan politik dan keluarga mereka pada pertengahan 1970-an.

Mengutip Sahistory, Biko sering disalahpahami sebagai pemimpin 'anti-Kulit Putih.' Kategorisasi ini terbukti tidak benar, karena Biko tidak memiliki masalah dengan orang kulit putih itu sendiri. Keputusan pembentukan Gerakan Kesadaran Kulit Hitam lebih untuk menciptakan jarak dari simpatisan liberal. Biko ingin nantinya gerakan tersebut dapat berbicara atas nama rekan-rekan kulit hitam, berdasarkan pengalamannya dan penerimaan nyata dari sistem yang jahat. 

Selama akhir 1970-an, Biko ditangkap empat kali dan ditahan selama beberapa bulan sekaligus. Pada Agustus 1977, dia ditangkap dan ditahan di Port Elizabeth, yang terletak di ujung selatan Afsel.

Kematian Biko yang Keji

Saat dipenjara, Biko ditelanjangi dan diborgol selama 20 hari sebelum dia dipindahkan ke Sanlam Building di Port Elizabeth, tempat polisi keamanan bermarkas. Dia diberitahu untuk tetap berdiri, tetapi Biko menentangnya dan tetap duduk. Marah, Kapten Siebert menganiaya dia, tapi Biko melawan.

Biko lalu dipukuli dan antara 6 September malam dan 7 September pagi, Biko mengalami pendarahan otak. Meskipun mengalami cedera, polisi tetap menahannya, masih dalam keadaan telanjang. Ketika dokter spesialis bernama Benjamin Tucker memeriksa Biko, dia menyarankan agar tahanan yang terluka parah dibawa ke rumah sakit, tetapi dia mundur ketika pihak polisi berkeberatan.

Dokter lainnya, Ivor Lang, tidak keberatan ketika polisi mengatakan mereka sedang mengantar Biko ke Pretoria, 700 km jauhnya. Pada 11 September, di belakang sebuah van, Biko ditemukan masih dalam keadaan telanjang, mulut berbusa, dan tidak dapat berbicara. Di Pretoria, seorang ahli bedah memeriksa Biko dan merawatnya, tetapi itu semua sudah terlambat. Sendirian di selnya, Biko meninggal pada 12 September 1977 malam. Berita kematian Biko menyebabkan kemarahan dan protes nasional. Biko dianggap sebagai ikon anti-apartheid internasional di Afsel.

Petugas polisi yang menahan Biko diinterogasi setelah itu, tetapi tidak ada yang dituduh melakukan kejahatan. Namun, dua dekade setelah kematian Biko, tepatnya pada 1997, lima mantan perwira mengaku telah membunuh Biko. Para petugas dilaporkan mengajukan permohonan amnesti ke Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi setelah penyelidikan melibatkan mereka dalam kematian Biko, tetapi amnesti ditolak pada 1999.