JAKARTA - 5 September 1972, menjadi peristiwa berdarah bagi dunia olahraga yang tidak terlupakan hingga kini. Tepatnya saat Olimpiade Munich sedang diselenggarakan. Kelompok aktivis kemerdekaan Palestina menyerbu apartemen atlet Israel. Penyerangan tersebut menewaskan 11 atlet Israel, 2 orang tewas ketika berusaha menyelamatkan diri dan 9 lainnya tewas saat dijadikan sandera dan dibawa ke Bandara Munich, Jerman.
Penyerang terdiri dari 8 orang tersebut merupakan anggota Black September Organization, faksi Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Organisasi tersebut dipimpin oleh Luttif Afif dan memiliki anggota bernama Afif Ahmed Hamid, Khalid Jawad, Khalid Jawab, Ahmed Chic Thaa, Mohammed Safady, Adnan Al-Gashey, dan Yusuf Nazzal.
Kelompok tersebut meminta imbalan atas pembebasan sembilan atlet Israel yang disandera. Mereka menuntut agar Israel membebaskan lebih dari 230 tahanan Arab yang ditahan di penjara Israel dan dua pemimpin kelompok kiri Baader-Meinhoff dari penjara Jerman Barat.
Setelah peristiwa penyerangan di apartemen atlet, terdapat baku tembak di Bandara Munich. Sebanyak sembilan sandera Israel tewas bersama dengan lima teroris dan satu polisi Jerman Barat. Kompetisi Olimpiade ditangguhkan selama 24 jam untuk mengadakan upacara peringatan bagi para atlet yang terbunuh.
Melansir History, Sabtu 5 September, Olimpiade Munich dibuka pada 26 Agustus 1972. Olimpiade berlangsung dengan 195 pertandingan dan 7.173 atlet mewakili 121 negara. Pada pagi 5 September, para penyerang mengenakan topeng ski, menyergap tim Israel. Berhasilnya kelompok penyerang masuk ke area apartemen atlet juga atas bantuan atlet lain yang tidak menyadari bahwa mereka kelompok penyerang karena sama-sama mengenakan pakaian olahraga.
BACA JUGA:
Setelah negosiasi untuk membebaskan 9 orang Israel gagal, para penyerang membawa para sandera ke bandara Munich. Sesampai di sana, polisi Jerman melepaskan tembakan dari atap dan menewaskan 3 pelaku. Bentrokan senjata terus meletus hingga tengah malam dan menyebabkan semua sandera, 2 pelaku dan seorang polisi tewas. Sementara 3 pelaku yang selamat dipenjara, tetapi dibebaskan sebulan kemudian ketika orang Arab membajak sebuah Lufthansa 727 dan menuntut pembebasan mereka.
Setelah upacara peringatan diadakan untuk para atlet di stadion utama Olimpiade, Presiden Komite Olimpiade Internasional Avery Brundage memerintahkan agar pertandingan dilanjutkan. Pertandingan tetap dilanjutkan untuk menunjukkan bahwa aksi serangan teroris dalam bentuk apapun tidak akan menang.
Meskipun tragedi itu sangat merusak suasana pertandingan, ada banyak momen pencapaian atletik yang spektakuler. Sebanyak 7 medali emas diraih oleh atlet renang asal Amerika Serikat (AS) Mark Spitz dan 2 medali emas atletik untuk atlet asal Rusia Olga Korbut.
Peristiwa pembantaian atlet Israel ini begitu memilukan bagi berbagai pihak. Kisahnya bahkan diangkat ke dalam novel yang berjudul Vengeance: The True Story of an Israel Counter-Terrorist Team yang ditulis oleh George Jonas yang juga seorang wartawan asal Kanada. Steven Spielberg juga mengangkat peristiwa tersebut menjadi sebuah film yang berjudul Munich yang dirilis pada 2005.
Beberapa hari setelah peristiwa tragis di Olimpiade Munich tersebut, Israel membalas dengan serangan udara terhadap Suriah dan Libanon. Serangan tersebut menewaskan 66 orang dan melukai puluhan orang lainnya. Selain itu, Israel mengirimkan regu pembunuh untuk memburu anggota Black September dan menerobos perbatasan Libanon, memicu pertempuran terberat sejak Perang Enam Hari pada 1967.