Tembang Iwan Fals Bukan Kritik, melainkan Curahan Hati Seorang Anak Kolong
Musisi Iwan Fals (Sumber: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Kebanyakan orang menilai lagu-lagu Iwan Fals sebagai sebuah kritik kepada pemerintah, khususnya di zaman Orde Baru (Orba). Padahal musisi yang bernama asli Virgiawan Listianto ini mengaku tak pernah ada niat untuk mengkritik. Namun publik dan Orba menganggapnya begitu.

"Dari dulu saya tidak pernah berniat mengkritik atau apa. Saya hanya ikuti pancaindera yang saya terima dan itu diterjemahkan sebagai kritik," kata Iwan, dikutip Liputan 6.

Meski Iwan mengaku tak berniat mengkritik, sulit untuk tak menangkap pesan lagunya sebagai sebuah "teguran" kepada rezim. Dalam lagu Bongkar misalnya, pesan kritik itu begitu terang.

Lagu ini menggambarkan panasnya situasi politik di Indonesia, terutama saat memasuki masa pemilu. Dari lirik awal saja, Iwan Fals jelas hendak menyampaikan keresahannya terhadap rezim Orba. 

Dalam lirik lagu itu seolah menyindir para pejabat saat itu yang seolah lupa kepada hak-hak rakyatnya. Mirisnya, penderitaan rakyat hanya dijadikan sebagai tontonan.

Bongkar diciptakan Iwan Fals dan dirilis pada 1989 ketika ia masih tergabung dalam kelompok musik Swami. Bersama Swami Iwan menelurkan dua album Swami I dan Swami II. Selain Bento, hits lainnya yang terkenal sampai sekarang yakni Bento.

Kejujuran Iwan Fals

Iwan Fals lahir pada hari ini, 3 September 59 tahun lalu atau pada 1961. Iwan Fals memulai kariernya sebagai penyanyi tidaklah instan. Kariernya dimulai saat dia bersekolah di Bandung. Dikutip dari situs iwanfals.co.id, dengan gitarnya, disela-sela menyanyikan lagunya sendiri, Iwan Fals juga sering membawakan lagu-lagu Rolling Stone.

Setelah merilis Bongkar dan Bento, nama Iwan Fals semakin melambung lagi saat ia bergabung dengan grup Kantata Takwa pada 1990. Ia berada di bawah dukungan penuh seorang pengusaha bernama Setiawan Djodi.

Hampir setiap lagu yang ia buat menjadi popular. Salah faktornya tak lain karena lirik yang ia tulis begitu sederhana, relevan, dan jujur. 

Menulis lirik menjadi keseharian Iwan Fals. Tak heran jika lagu-lagu yang ditulisnya begitu nyata dan dekat dengan potret kehidupan masyarakat. 

Apa yang dianggap publik sebagai kritik terhadap pemerintah, bagi Iwan hanyalah sebagai curahan hati. Hal itu adalah sebuah ungkapan paling jujur dari seorang yang memang tinggal di lingkungan yang dianggap marginal.

Bagaimana tidak, Iwan Fals akrab dengan kehidupan keras dan susah karena ia pernah menjadi seorang pengamen. Iwan Fals begitu paham bagaimana menjadi rakyat kecil. Oleh sebab itu, lirik-lirik lagunya terkadang terkesan mengkritik pemerintah. 

Dianggap subversif

Meski tidak ada niat untuk mengkritik pemerintah, namun Iwan kerap dianggap subversif. Terbukti dengan beberapa jadwal konser Iwan Fals yang dilarang dan dibatalkan oleh pihak keamanan selama Orde Baru.

Tur 100 kota-nya di seluruh Indonesia tersendat oleh pembatalan izin yang tiba-tiba oleh kepolisian. Padahal perlengkapan, personel, seluruh persiapan konser sudah rampung. Saat itu Iwan Fals sudah berada di lokasi konser yang berada di Palembang namun akhirnya rangkaian tour 100 kota urung.

Namun hal itu tak membuat Iwan gentar. Ia tak kapok untuk tetap menulis lagu bertemakan sosial. Ia bahkan mengangkat kisah anak sulungnya, Galang, menjadi sebuah judul lagu fenomenal saat itu: Galang Rambu Anarki.

Lagu tersebut bercerita tentang kegelisahan orang tua menghadapi kenaikan harga-harga barang sebagai imbas dari kenaikan harga BBM pada awal 1981, bertepatan pada hari kelahiran Galang. Galang begitu cepat berlalu menghiasi kebahagiaan hidup Iwan Fals, karena pada 25 April 1997, Galang meninggal dunia.

Melepaskan

Kesedihannya kehilangan sang anak sulung membuatnya sempat vakum di dunia musik. Hingga akhirnya pada 2002, Iwan Fals kembali merilis album Suara Hati. Dalam album tersebut, salah satu lagunya menceritakan tentang keikhlasannya terhadap kematian Galang. Lagu itu bertajuk Hadapi Saja.

Sebelumnya ia juga membuat album yang dinamai dari nama anak keduanya yaitu Annisa Cikal Rambu Basae pada 1991. Pada 2003, kelahiran anak ketiganya Raya disebut-sebut sebagai hadiah dan penghiburan. Nama Raya juga dibubuhkan sebagai nama album baru. 

Setelah Orba berlalu, Iwan Fals cukup lama tidak membuat lagu yang bernada kritik pemerintah. Hingga akhirnya pada 2018, terdapat sebuah video yang diunggah oleh akun Pace Bro yang memperlihatkan Iwan Fals menyanyikan lagu berjudul Nawacita

Lagu tersebut menggambarkan janji-janji Presiden Joko Widodo yang juga disebut Nawacita. Dengan detail dijelaskan apa saja isi dari Nawacita tersebut dan mempertanyakan apakah janji tersebut janji surga atau janji kompeni. 

Meski kini era lebih terbuka dan hak menyampaikan pendapat lebih bebas, namun masih belum banyak orang-orang yang mengeluarkan lagu semenggigit Iwan Fals. Iwan Fals sendiri kini pun tidak terlalu banyak mengeluarkan lagu-lagu keadaan negara kini.