Bagikan:

JAKARTA - Cinta Laura Kiehl menjadi salah satu wakil generasi muda untuk mengungkapkan pendapatnya tentang toleransi beragama di Indonesia dalam acara Aksi Moderasi Beragama. Pidato itu disaksikan oleh Menteri Agama, Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, juga Kapolri.

Pidato itu ternyata cukup menyentuh untuk Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas. "(Cinta Laura) memberikan speech yang luar biasa dan menginspirasi, tidak banyak anak muda yang bisa memberikan dan mampu memberikan pidato dengan makna sedalam itu, ujar Yaqut Cholis Qoumas di YouTube Pendis Channel dikutip Selasa, 28 September.

Sambil berseloroh Gus Yaqut mengaku menahan air mata karena malu jika ketahuan menangis. "Saya pengen menangis dengarnya, tetapi saya malu ada istri saya tadi," ungkap Gus Yaqut.

"Ini luar biasa karena saya terus terang sebelum ditugaskan Pak Presiden di sini apa yang disampaikan Cinta Laura ini biasa saya pidatokan berjam-jam di depan kader-kader Ansor dan Banser. Malam ini diwakili Cinta Laura," katanya.

Berikut pidato Cinta Laura yang membuat pendengarnya terharu. "Pada saat ini kida dalam situasi sulit dimana adanya polarisasi dalam opini masyarakat. Terlihat jelas bahwa ada ketidak sepakatan tentang apa yang dibutuhkan negara agar Indonesia menjadi kesatuan yang kuat," kata Cinta.

"Generasi muda memiliki keinginan yang besar untuk mempromosikan budaya dan identitas bangsa. Kami percaya negara luar perlu melihat keunikan dan kehebatan negara ini. Tapi di sisi lain kita semua masih sering berkelahi dan menjatuhkan satu sama lain kanya karena perbedaan ras, suku, dan terutama agama," tegasnya.

"Mengapa dengan pondasi negara yang begitu memeluk perbedaan dan toleransi tetap aja masih ada konflik, apa yang membuat agama membuat kita mampu melupakan inti dari identitas bangsa ini?" tanyanya.

"Bagaimana kita sebagai makluk yang memiliki kemampuan terbatas merasa memiliki kemampuan untuk mengerti sesuatu yang jauh di luar kapasitas kita? Karena pemahaman yang terbatas dan pemikiran yang tidak kritis orang terjebak dalam cara berfikir dimana manusia memanusiakan Tuhan. Merasa berhak mendikte Tuhan, tahu kemauan Tuhan, dan merasa punya hak bertindak atas nama Tuhan. Inilah yang akhirnya seringkali berubah jadi sifat radikal," papar Cinta Laura.