Bagikan:

JAKARTA – Terapi pendamping dengan metode aaPRP ini bisa menjadi alternatif karena biayanya relatif murah jika dibandingkan dengan metode stem cell. Hal ini menurut Dr. Karina lebih mampu laksana untuk rumah sakit di daerah dan juga bagi pasien. Karena itu ia menulis surat kepada Presiden Jokowi, Menteri Kesehatan RI, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan,  agar metode ini diizinkan. Namun sampai berita ini diturunkan surat yang ia layangkan belum mendapat jawaban.

“Saya menulis surat kepada Presiden, Menkes dan Gubernur pada bulan Juli lalu. Saya melaporkan temuan kami dan sudah melakukan uji klinis. Saya berharap semoga metode aaPRP ini bisa digunakan untuk lebih banyak rumah sakit di daerah. Soalnya biayanya relatif murah bila dibandingkan dengan stem cell, yang biayanya mahal pakai banget itu. Semoga ikhtiar ini bisa membantu mereka yang terpapar COVID-19. Kami dari Hayandra Lab akan mentransfer teknologinya kalau sudah ada izin dari pemerintah,” katanya kepada Tim VOI yang menyambangi kliniknya  di bilangan Kramat, Jakarta Pusat belum lama berselang.

Berbagai upaya dilakukan untuk menanggulangi pandemi COVID-19. Mulai dari vaksinasi massal sampai penggunaan terapi pendamping seperti yang dilakukan Dr. Karina dengan aaPRP. Sebenarnya terapi serupa dilakukan para ahli dengan stem cell, cuma masalahnya dari sisi biaya jauh lebih mahal. Itulah kenapa aaPRP bisa menjadi alternatif.

Dr. Karina. (Foto; Savic Rabos/DI: Raga-VOI)
Dr. Karina. (Foto; Savic Rabos/DI: Raga-VOI)

“Saya pernah mendapat pertanyaan dari orang begini; kalau memang aaPRP ini benar dan efektif untuk terapi pendamping pasien COVID-19 mengapa tidak digunakan sejak awal pandemi? Saat itu saya menjawab mungkin metode ini terlalu sederhana dibandingkan dengan stem cell yang lebih rumit. Orang masih berpikir stem cell yang  di atas itu,” katanya.

Lalu kepada orang yang menggunakan stem cell untuk terapi COVID-19 Dr. Karina juga bertanya. “Mengapa menggunakan stem cell? Stem cell tugasnya bukan berantem melawan virus. Yang bertugas melawan virus itu sel imun kita. Stem cell ini adalah sel pembangun. Kenapa di dunia dipakai stem cell untuk pasien COVID-19? Karena dia dibutuhkan untuk memproduksi protein anti-radang dan protein pembangun. Kedua hal ini terkandung juga di aaPRP. Jadi keduanya sama-sama menggunakan protein,” katanya.

Biaya

Dr. Karina. (Foto; Savic Rabos/DI: Raga-VOI)
Dr. Karina. (Foto; Savic Rabos/DI: Raga-VOI)

Stem cell dan aaPRP sama-sama bisa digunakan untuk terapi pendamping buat pasien COVID-19.  “Ada peraturan pemerintah soal soal laboratorium yang boleh memproduksi stem cell itu hanya delapan, salah satunya adalah Hayandra Lab. Bayangkan delapan lab itu mereka harus melayani seluruh Indonesia. Mayoritas laboratorium itu lokasinya di Jakarta. Ini pekerjaan rumah sendiri,” katanya.

Dan, masih kata Dr. dr. Karina, SpBP-RE biaya pengembangan stem cell itu tidak murah. Ini catatan yang paling penting karena tidak semua pasien memiliki kemampuan secara finansial. “Biaya pengembangan stem cell itu sudah mahal pakai banget lagi. Jadi engga semua orang bisa mengakses itu,” lanjutnya.

Sementara aaPRP ini diambil dari darah pasien sendiri dan pemrosesannya tidak memerlukan laboratorium yang luar biasa canggih. “Lab biasa pun bisa melakukan pemrosesannya. Dan yang jelas terapi ini lebih mampu laksana di Indonesia,” katanya.

Dia berharap makin banyak orang yang terpapar COVID-19 yang secara ekonomi tidak mampu bisa mendapatkan terapi ini. “Kalau dibolehkan oleh pemerintah saya akan mengalihkan teknologinya kepada rumah sakit di daerah seperti di Palopo, Kupang, Pontianak, Sintang dan lain sebagainya. Saat metode lain belum bisa dilakukan semoga ini bisa menjadi alternatif,” harap Dr. Karina sembari menunggu suratnya direspon oleh Presiden Jokowi, Menteri Kesehatan RI, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.