JAKARTA - Prosedur inseminasi sering menjadi pilihan pasangan yang menghadapi kesulitan untuk hamil secara alami. Namun, menentukan kapan waktu yang tepat untuk menjalani prosedur ini sangat penting agar peluang keberhasilannya optimal.
Dalam hal ini, dokter spesialis kebidanan dan kandungan dengan subspesialisasi fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi, dr. Shanty Olivia S., Sp.OG, Subsp. F.E.R., menjelaskan berbagai faktor yang menentukan kapan pasangan suami istri perlu mempertimbangkan prosedur inseminasi.
"Inseminasi juga dapat dilakukan pada pasangan dengan kondisi kesehatan tertentu yang memerlukan pencucian sperma, seperti infeksi hepatitis, HIV, atau hepatitis C. Selain itu, prosedur ini juga cocok bagi wanita dengan penyempitan leher rahim atau gangguan ovulasi," jelasnya seperti dikutip Antara.
Menurut dr. Shanty, terdapat beberapa persyaratan penting untuk mendukung keberhasilan inseminasi. Dari pihak istri, rahim dan saluran tuba harus dalam kondisi sehat karena hasil pembuahan nantinya akan menempel pada rahim. Saluran tuba juga tidak boleh tersumbat agar sperma bisa dengan mudah mencapai sel telur.
Selain itu, siklus ovulasi yang baik menjadi hal penting untuk memastikan adanya telur matang yang siap dibuahi. Usia juga menjadi faktor yang tak kalah penting.
"Idealnya, inseminasi dilakukan pada wanita di bawah usia 40 tahun, karena kualitas dan jumlah sel telur akan menurun drastis setelah usia tersebut. Beberapa penelitian bahkan menyarankan usia di bawah 38 tahun untuk hasil yang lebih optimal," kata Shanty.
Sementara itu, dari pihak suami, keberhasilan inseminasi juga dipengaruhi oleh kualitas sperma. Gangguan sperma berat, seperti azoospermia atau ketiadaan sperma, menjadi salah satu hambatan utama dalam prosedur ini.
BACA JUGA:
Meski tingkat keberhasilan inseminasi berkisar antara 10-20 persen, prosedur ini tetap dianggap sebagai salah satu opsi untuk meningkatkan peluang kehamilan, terutama jika pasangan belum berhasil hamil setelah satu tahun berhubungan secara rutin tanpa kontrasepsi.
dr. Shanty juga menjelaskan beberapa faktor dapat menyebabkan kegagalan inseminasi. Di antaranya adalah sperma yang gagal membuahi sel telur, embrio yang tidak berkembang dengan baik, atau embrio yang tidak berhasil menempel pada dinding rahim.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor ini, prosedur inseminasi menjadi salah satu solusi medis yang dapat membantu pasangan mencapai impian memiliki keturunan. Namun, penting untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis agar dapat menentukan langkah terbaik sesuai kondisi masing-masing pasangan.