Bagikan:

JAKARTA - Mango, merek fashion asal Spanyol menuai kecaman usai menggunakan model kecerdasan buatan atau AI dalam kampanye fashion terbarunya. Namun beberapa pihak mempertanyakan apakah langkah ini dianggap sebagai pemalsuan iklan.

Pada bulan Juli lalu, Mango mulai mencoba menggunakan model AI dalam kampanye Sunset-Dream yang ditujukan untuk remaja, sebelum merilis kampanye iklan berbasis AI lainnya pada bulan ini.

Langkah ini menjadi bagian dari Rencana Strategis Mango pada 2024 - 2026, yang menurut keterangan resmi mereka bertujuan untuk menciptakan nilai melalui pengembangan teknologi, manajemen data, dan keunggulan operasional.

Mango mengklaim bahwa langkah ini menunjukkan komitmen mereka terhadap inovasi. Mango juga menegaskan bahwa mereka adalah pelopor dalam industri fashion.

"Inisiatif ini mencerminkan komitmen berkelanjutan kami terhadap inovasi dan menjadi yang terdepan di dunia fashion," kata Jordi Alex, Chief Information Technology Officer di Mango, dikutip VOI dari laman Daily Mail pada Rabu, 20 November 2024.

"Kecerdasan buatan adalah revolusi teknologi yang menawarkan peluang besar. Ini memperluas kemampuan karyawan dan lebih meningkatkan kreativitas kami. Karena teknologi akan membuat kita lebih manusiawi, atau tidak sama sekali," lanjutnya.

Menurut laporan Business of Fashion, Mango mengklaim mengutamakan model AI daripada manusia. Menurutnya, model AI dapat menghasilkan konten dengan lebih cepat.

CEO Mango, Toni Ruiz, menjelaskan bahwa pakaian yang ditampilkan dalam iklan adalah asli dan tersedia untuk dibeli. Ia juga menambahkan bahwa salah satu keuntungan utama menggunakan AI adalah pembuatan konten yang lebih cepat.

Bukan hanya memungkinkan pembuatan konten dengan lebih cepat, penggunaan model AI jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk model manusia.

Meskipun hal ini mengancam industri modeling, perusahaan berharap bisa menggandakan jumlah karyawan mereka di AS di tahun 2025, yang saat ini berjumlah 640 orang. Mango juga memberi tahu pelanggan jika model AI dapat menambahkan pengetahuan.

Meskipun Mango sudah membuat pernyataan, ada pandangan berbeda mengenai penggunaan avatar AI untuk memodelkan pakaian. Beberapa orang berpendapat bahwa hal ini dianggap sebagai iklan palsu. Marcos Angelides, pendiri sebuah perusahaan pemasaran yang berbasis di London mengajukan pertanyaan ini di TikTok.

"Apakah ini iklan palsu karena model-model tersebut... sebenarnya tidak ada?" kata Marcos.

Marcos Angelides mempertanyakan apakah industri periklanan perlu meninjau kembali aturan iklan palsu dari Mango terkait dengan penggunaan model  AI.

"Jika sebuah merek maskara menggunakan bulu mata palsu dalam iklan, mereka akan kena masalah, tetapi jika merek pizza menggunakan lem untuk membuat keju terlihat lebih meleleh, itu hanya dianggap desain pop. Jadi aturan-aturan ini sangat tidak konsisten," katanya.

"Namun, pertumbuhan Gen AI akan memaksa industri periklanan untuk mendefinisikan ulang, karena jika Mango merilis kampanye iklan penuh yang dihasilkan oleh AI, bagaimana kita menilai ini? Apakah teks hanya alat kreatif, seperti menggunakan Photoshop, atau apakah itu iklan palsu karena model dan pakaian yang mereka kenakan sebenarnya tidak ada? Saat ini, tidak ada yang tahu," lanjutnya.

Pernyataan dari Marcos membuat para  penonton di TikTok menyampaikan pendapat mereka di kolom komentar.

"100 persen iklan palsu," komentar warganet.

"Tidak, model, fotografer, dan semua orang yang terlibat perlu pekerjaan," kata warganet lainnya.

"Saya ingin ada pemblokir AI seperti pemblokir iklan, agar saya bisa memilih apa yang ingin saya lihat di semua situs," tulis warganet lainnya..

"Saya penasaran bagaimana mereka bisa mendapatkan detail pakaian dengan benar? Apakah AI sudah bisa melakukan itu sekarang? Saya pikir pola dan jahitan serta detail lainnya pasti akan salah. Ini juga membuat kita sulit untuk menilai ukuran." ungkap warganet tersebut.