Bagikan:

JAKARTA - Rabies termasuk penyakit yang serius dan mematikan, yang sebagian besar ditularkan melalui gigitan hewan yang terinfeksi. Penyakit ini masih menjadi masalah endemis di banyak wilayah, termasuk Indonesia.

Menurut data dari World Health Organization (WHO), rabies telah ditemukan di 26 provinsi Indonesia, hampir mencakup seluruh wilayah. Sementara itu, Kementerian Kesehatan RI melaporkan, pada tahun 2023 terdapat 31.113 kasus rabies secara nasional.

Meskipun angka tersebut tinggi, masih banyak kasus rabies yang tidak tertangani karena kurangnya pemahaman tentang cara penanganan dan pencegahan penyakit ini.

Rabies ditularkan terutama melalui air liur hewan yang terinfeksi, dan penularannya paling sering terjadi melalui gigitan hewan seperti anjing, kucing, atau monyet.

Namun, tidak hanya melalui gigitan, rabies juga dapat menular jika air liur hewan yang terinfeksi masuk ke dalam tubuh melalui luka terbuka atau selaput lendir seperti mata. Hewan mamalia berdarah panas menjadi vektor utama dari penyebaran rabies, sementara hewan berdarah dingin tidak membawa risiko serupa.

"Satu hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa rabies utamanya menyerang mamalia berdarah panas. Penularan rabies terjadi ketika air liur hewan yang terinfeksi masuk ke dalam tubuh melalui luka atau kontak dengan mata," jelas drh. Geraldus Gunawan, Product Executive Companion Animal Kalbe Animal Health, dalam sesi live Instagram yang diadakan oleh PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) dalam keteranganya kepada VOI.

Ia juga menekankan, virus rabies menargetkan sistem saraf dan menyebabkan berbagai gejala tergantung pada fase perkembangan penyakit.

Pada tahap awal, virus ini sulit terdeteksi karena masih dalam masa inkubasi. Ketika virus mencapai otak, gejala mulai muncul, termasuk fotofobia (ketakutan terhadap cahaya) dan hidrofobia (takut terhadap air). Virus ini dapat berujung pada kelumpuhan dan kematian jika tidak segera ditangani.

Pencegahan dan penanganan rabies

Penanganan dini menjadi sangat penting dalam kasus rabies. Salah satu langkah pencegahan utama adalah vaksinasi, baik pada hewan peliharaan maupun manusia.

Drh. Gerald menekankan pentingnya vaksinasi rabies untuk hewan, terutama hewan peliharaan seperti anjing dan kucing. Dengan pemberian vaksin yang tepat, pemilik hewan dapat memastikan bahwa hewan mereka tidak hanya terlindungi dari rabies, tetapi juga berkontribusi dalam mencegah penyebaran penyakit tersebut di masyarakat.

Manusia juga perlu divaksinasi rabies, terutama mereka yang bekerja di lingkungan yang berisiko tinggi, seperti petugas kebun binatang, pemilik hewan peliharaan, atau pekerja di penampungan hewan.

"Kami dari Kalventis juga menyediakan vaksin anti-rabies untuk manusia, terutama setelah terjadinya gigitan hewan," ujar Dhimas Sagieta Hariandhana, National Private Chain and Public Program Manager PT Kalventis Sinergi Pharma.

Jika seseorang tergigit oleh hewan yang diduga rabies, penanganan cepat sangatlah krusial. Cuci luka dengan air mengalir dan sabun sesegera mungkin, karena ini dapat membantu menghilangkan virus rabies dari permukaan kulit.

Setelah itu, segera kunjungi fasilitas kesehatan untuk mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR) dan Serum Anti Rabies (SAR) jika diperlukan.

Dalam beberapa kasus, hewan penular rabies (HPR) juga dapat dikarantina dan diobservasi selama 14 hari untuk memastikan apakah hewan tersebut mengidap rabies atau tidak. Melalui vaksinasi rabies yang rutin dan edukasi yang tepat, risiko rabies dapat dikurangi secara signifikan.