Bagikan:

JAKARTA - Kesalahan adalah bagian yang tak terhindarkan dari kehidupan. Hal ini terutama berlaku selama masa kanak-kanak tepatnya saat anak-anak mencoba hal ini itu dalam mempelajari hidup. Hampir setiap orang tua dapat membuktikan frekuensi anak-anak melakukan kesalahan. Mulai dari merusak mainan hingga melanggar aturan. Yang perlu diingat yaitu, kesalahan-kesalahan ini baik besar maupun kecil adalah bagian dari perkembangan anak.

Mengingat tantangan ini, salah satu cara terbaik bagi orang tua membantu anak belajar dari kesalahan yaitu dengan memperjelas hubungan antara tindakan dan konsekuensi perilaku anak secara konkret. Namun, penting menyadari bahwa ada dua jenis konsekuensi yakni alami dan logis. Dan menurut sebuah studi tahun 2018, melansir Psychology Today, Selasa, 1 Oktober, menekankan kedua konsekuensi ini dengan tepat merupakan salah satu cara paling berhasil mengurangi perilaku mengganggu si kecil.

Konsekuensi Alami

Konsekuensi alami terjadi tanpa campur tangan orang lain. Konsekuensi tersebut merupakan hasil langsung dari kesalahan atau perilaku buruk anak. Misal, jika anak lupa menyimpan mainannya padahal anabul peliharaannya suka menggigit, konsekuensi alaminya adalah anabul akan merusak mainan tersebut. Lalu, jika anak meninggalkan pakaian kotor di lantai alih-alih meletakkannya di keranjang, konsekuensi alaminya yaitu pakaian tersebut tidak akan dicuci.

Akibat dari perbuatannya terjadi secara alami, sehingga pelajaran menjadi jelas dan langsung. Ini adalah skenario sebab-akibat sederhana yang membantu anak-anak melihat dampak langsung dari tindakannya. Konsekuensi alami secara langsung memengaruhi cara seseorang mempelajari dan menghadapi aturan hidup, tetapi konsekuensi tersebut perlu digunakan secara cerdas agar memiliki pengaruh positif. Dengan cara ini, konsekuensi tersebut harus dicari terlebih dahulu, tetapi digantikan oleh konsekuensi logis jika tidak sesuai.

Konsekuensi Logis

Di sisi lain, konsekuensi logis memerlukan sedikit intervensi, tetapi konsekuensi tersebut tetap mengikuti perilaku anak secara logis. Misal, jika anak meninggalkan mainannya di seluruh ruang tamu, Anda dapat mengambil dan menyimpannya di tempat yang tidak dapat diaksesnya sementara waktu. Konsekuensi logis ialah anak tersebut harus hidup tanpa mainannya untuk sementara waktu.

Jika anak berbicara kasar kepada saudara kandungnya, konsekuensi logisnya yaitu mengharuskan dia menghabiskan waktu terpisah atau melakukan sesuatu yang baik agar saudaranya menebus kesalahannya.

Beberapa konsekuensi alami tidak cocok untuk dialami anak, terutama jika terkait dengan keselamatan atau cedera. Dalam kasus ini, konsekuensi logis akan jauh lebih berdampak dan aman, terutama jika konsekuensi alami dijelaskan juga.

Konsekuensi logis membantu anak memahami bahwa tindakan mereka memiliki hasil yang dapat diprediksi, bahkan jika orang lain perlu turun tangan untuk menjelaskan pelajarannya. Namun, perlu diingat bahwa konsekuensi logis yang dibuat dalam kemarahan menjadi hukuman, bukan pengalaman belajar. Serta, keramahan dan dorongan juga harus selalu diutamakan.

Menurut sebuah studi tahun 2019, orang tua harus bersikap empati dan berhati-hati saat menjelaskan hubungan antara tindakan dan konsekuensi:

Beri tahu anak bahwa mereka bertanggung jawab atas pilihan dia. Hal ini terutama penting untuk konsekuensi alami, yang dapat bersifat abstrak bagi anak kecil. Misalnya, "Jika kamu tidak membereskan mainanmu, anjing mungkin akan menggigitnya." Dan jika konsekuensi alami terjadi, ingatkan anak Anda dengan lembut tentang hubungan tersebut: "Ingat, kita telah membahas tentang bagaimana membiarkan mainanmu tergeletak dapat menyebabkan hal ini."

Bahas konsekuensi logis sebelum menerapkannya. Bicarakan dengan anak Anda tentang apa yang akan terjadi jika mereka melanjutkan perilaku tertentu. Misalnya, "Jika kamu tidak menyelesaikan pekerjaan rumahmu, kamu harus menyelesaikannya saat bermain gawai."

Pastikan konsekuensi logis terkait dengan perilaku tersebut. Konsekuensi ini harus mengikuti perilaku secara logis. Misalnya, jika seorang anak tidak membereskan mainannya, mereka tidak akan dapat memainkannya untuk sementara waktu. Menjelaskan hubungan ini dengan jelas sangat penting bagi anak untuk memahami bahwa dia memiliki pilihan dalam tindakan dan hasil selanjutnya.

Selanjutnya, berikan dia pilihan. Hal ini memberi anak-anak wewenang atas situasi sekaligus menanamkan tanggung jawab atas perilakunya. Misalnya, jika pekerjaan rumah mereka tidak selesai, Anda dapat bertanya kepada anak apa konsekuensi yang tepat atau menawarkan pilihan, seperti, "Kamu dapat menyelesaikan pekerjaan rumahmu dan kemudian bermain gawai, atau kamu dapat berhenti bermain gawai hari ini." Namun, pada akhirnya pilihan ada di tangan Anda dalam proses ini.

Melalui konsekuensi alami dan logis, anak-anak mempelajari pelajaran hidup yang berharga sebelum dipaksa belajar dengan cara sulit. Kuncinya adalah memastikan hubungannya sangat jelas dan konsekuensinya ditegakkan secara konsisten. Dengan cara ini, anak-anak dapat secara efektif mempelajari hubungan antara apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selanjutnya. Yang merupakan bagian penting membantu anak belajar dan tumbuh dari kesalahan dalam lingkungan yang aman dan mendukung.