YOGYAKARTA – Sebagian di antara kita mungkin belum mengenal Chattra Borobudur, bagian stupa yang tampak seperti payung susun tiga.
Chattra rencananya akan dipasang di stupa induk Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Akan tetapi, rencana pemasangan tersebut ditunda lantaran menimbulkan polemik.
Rencana pemasangan Chattra Borobudur ditentang oleh para arkeolog lantaran khawatir hal ini dapat mengubah keaslian bentuk candi. Selain itu, sejumlah tokoh masyarakat Desa Borobudur juga meminta agar pemasangan Chattra ditunda.
Perlu diketahui, pemasangan Chattra Borobudur sudah direncanakan sejak beberapa tahun silam. Para tokoh dan umat Buddha Indonesia berharap supaya Chattra Borobudur segera dipasang, sebab dapat memperkuat aspek spiritualitas sekaligus menyempurnakan fungsi Borobudur sebagai tempat ibadah.
Lantas, apa itu Chattra Borobudur? Simak informasi selengkapnya berikut ini.
BACA JUGA:
Mengenal Chattra Borobudur
Di atas telah disinggung bahwa Chattra Borobudur adalah bagian stupa yang bentuknya seperti payung susun tiga.
Kata Chattra berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti payung. Di dalam ajaran Budha, payung melambangkan suatu status yang tinggi.
Chattra Borobudur terbuat dari material batu dan merupakan elemen arsitektur khas di dalam bangunan-bangunan keagamaan Budha.
Menyadur situs Museum Nasional Indonesia, Chattra Borobudur yang diletakkan di puncak stupa diangap sebagai simbol perlindungan bumi dari hal-hal yang jahat.
Menurut Bhante Ditthisampanno Tera, Chattra yang akan dipasang di stupa induk candi melambangkan kesatuan-kesatuan unsur spiritualitas.
“Simbol dalam chattra melambangkan kesatuan-kesatuan unsur secara spiritual memberikan penguatan dan keyakinan bagi umat Buddha,” terang Bhante Ditthisampanno, dikutip dari laman resmi Kemenag, Jumat, 13 September 2024.
Anu Mahanayaka Sangha Agung Indonesia, Biksu Bhadra Ruci menuturkan, Chattra akan selalu ditemukan dalam praktik harian persembahan mandala seorang praktisi Buddhis. Dalam praktik meditasi mandala tantra, ornament Chattra juga selalu hadir di dalam visualisasi.
Dia menilai, keberadaan Chattra Borobudur tak hanya sekedar hiasan di atas stupa candi, namun mengandung makna dan fungsi spiritualitas tertentu.
Lebih lanjut, keberadaan Chattra Borobudur telah banyak diceritakan dalam berbagai kitab maupun literatur, seperti dalam kkitab Lalitawistara Sutra yang menybut kata “payung” berkali-kali.
Selain itu, penggunaan kata Chattra juga dapat ditemukan dalam Gandawyuha Sutra. Kitab ini mengisahkan Sudhana yang berkelana demi belajar kepada lebih dari 50 orang guru untuk mengehar pencapaian ‘Pencerahan Sempurna’. Dalam kitab tersebut, Sudhana dikisahkan sebagai seorang pemuda yang selalu memiliki sebuah payung yang melindunginya. Gambaran payung tersebut terukir dalam 332 keping relief di Candi Borobudur.
Filosofi Chattra Borobudur
Pemasangan Chattra di puncak stupa Candi Borobudur punya makna filosofis bagi penganut ajaran Buddha, di antaranya:
- Melengkapi Candi Borobudur sebagai obyek suci berdasarkan falsafah Buddhis.
- Menjadi simbol perlindungan untuk Indonesia dari berbagai penyakit fisik maupun emosi negative yang menggerogoti negeri.
- Menjadi simbol nyata keberagaman karena Chattra mempunyai makna melindungi semua mahluk tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras, dan spesies.
Tujuan Pemasangan Chattra Borobudur
Pemasangan Chattra di stupa induk Candi Borobudur ditujukan untuk:
- Memperkuat aspek spiritualitas dan menjadi kesempurnaan Borobudur sebagai tempat peribadatan.
- Pemasangan Chattra Borobudur akan menjadi energi baru bagi Indonesia.
- Pemasangan Chattra merupakan upaya dalam menyempurnakan Borobudur sebagai pusat kunjungan wisata religi agama Buddha Indonesia dan dunia.
Demikian ulasan tentang Chattra Borobudur. Dapatkan update berita pilihan lainnya hanya di VOI.ID.