JAKARTA - Memiliki gejala yang mirip, penyakit tangan, kaki, dan mulut atau hand, foot, and mouth disease (HFMD) kerap kali disalah artikan sebagai Cacar Air. Selain itu, HFMD yang lebih dikenal sebagai Flu Singapura ini juga merupakan penyakit tropis yang sangat cepat menular dan mayoritas diderita oleh anak, sama seperti Cacar Air.
Sebagai orang tua, tentunya sangat penting untuk memberi proteksi kepada anak terutama dari tren penyakit tropis yang muncul silih berganti. Kasus Flu Singapura dilaporkan melonjak pesat sejak masuk tahun 2024. Laporan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) menyatakan bahwa pada akhir Maret 2024 terdapat lebih dari 5.000 kasus.
Kemudian pada akhir April, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI, Siti Nadia Tirmidzi dalam bincang Bersama Pro3 RRI Jakarta, mengungkapkan hampir 8.500 kasus yang tercatat. Angka tersebut menandakan adanya tren lonjakan pasca libur Lebaran dan terjadi peningkatan tajam dibandingkan bulan sebelumnya.
Asuransi JAGADIRI bersama Rumah Sakit St. Carolus Summarecon Serpong mengadakan rangkaian kegiatan literasi keuangan yang dibungkus dengan seminar kesehatan bertema ancaman Flu Singapura pada Rabu, 26 Juni 2024 dengan narasumber Dokter Spesialis Anak RS St. Carolus Summarecon Serpong, dr. Diana Yuliani Suryanto, Sp.A.
Kemudian dilanjutkan dengan acara seminar kesehatan sekaligus literasi keuangan pada Sabtu, 29 Juni 2024 bertema ‘Jaga Anak: Jangan Sampai Tertukar Memahami Flu Singapura dan Cacar Air’. Kegiatan ini dilakukan secara hybrid offline dan online di RS St. Carolus Summarecon Serpong.
Menurut dr. Diana, penyakit Flu Singapura yang sangat menular banyak terjadi di daerah beriklim tropis dan biasanya muncul pada musim hujan. “Penyakit ini disebabkan oleh virus Coxsackievirus (CA16) dan Enterovirus (EV71). Flu Singapura merupakan penyakit infeksi yang sering menyerang pada anak, remaja, bahkan dewasa. Pada musim liburan seperti ini, hendaknya kita juga lebih waspada karena biasanya angkanya agak naik," jelas dr. Diana dikutip dari keterangan media, Minggu, 30 Juni.
“Kami dari RS St. Carolus Summarecon Serpong sangat mengapresiasi kegiatan literasi bersama asuransi JAGADIRI ini, mengingat Flu Singapura merupakan penyakit yang sangat mudah menular serta kasus infeksinya menyebar cepat di berbagai daerah,” tambah Diana.
Selain dr. Diana, pada kegiatan literasi di RS St. Carolus Summarecon Serpong, Asuransi JAGADIRI juga menghadirkan Financial Planner dan Head of Life and Health Indonesia IBS RE, Susatyo Widodo, ANZIIF (Assoc) CIP, APAI, CFP, IFP, AEPP, QWP serta Head of Sales Recruitment and Development Asuransi JAGADIRI, Juliana. Kedua narasumber ini hadir untuk memberikan literasi keuangan kepada para peserta agar dapat mengelola keuangan keluarga lebih baik dan tepat. Salah satu cara mengelola keuangan adalah dengan memiliki proteksi asuransi untuk keluarga.
Pada momen tersebut, Juliana juga memperkenalkan Produk Jaga Sehat Tropis dari Asuransi JAGADIRI. Produk ini dirancang khusus untuk memberikan perlindungan pada anak dan dewasa mulai dari usia 3 bulan hingga 64 tahun dari 11 penyakit tropis, termasuk Flu Singapura dan Cacar Air. Salah satu keunggulan Jaga Sehat Tropis adalah nasabah dapat melakukan klaim tanpa perlu rawat inap di Rumah Sakit.
Tak hanya Flu Singapura, sebagai daerah tropis, Indonesia adalah tempat berkembangnya berbagai penyakit yang berbahaya bagi anak maupun keluarga. Khusus untuk proteksi kesehatan keluarga dan anak dari potensi terjangkitnya penyakit tropis berbahaya, Asuransi JAGADIRI hadir dengan produk Jaga Sehat Tropis.
“Tak main-main, Jaga Sehat Tropis memberikan perlindungan proteksi untuk 11 jenis penyakit tropis. Selain HFMD dan Cacar Air, kami juga memberikan proteksi untuk penyakit Chikungnya, Malaria, Zika, Campak, Rubela, Difteri, Hepatitis A, Demam Typoid, dan DBD,” papar Juliana.
Senada dengan Juliana, Financial Planner, Susatyo Widodo menambahkan bahwa riset oleh Mercer Marsh Benefits (MMB) mengenai Health Trends 2024 melaporkan, tren peningkatan biaya kesehatan global diproyeksikan akan tumbuh hingga 11,6% dan Asia sebesar 11,4%. Sedangkan biaya kesehatan Indonesia diprediksi akan terus tumbuh hingga 13,0%, atau di atas proyeksi tren biaya kesehatan global dan Asia.
BACA JUGA:
“Sebagai proteksi jangka panjang, asuransi dapat membantu seseorang merapikan tata kelola keuangannya, sekaligus menciptakan jaring pengaman menghadapi risiko di masa depan. Asuransi kesehatan keluarga akan sangat meringankan biaya pengobatan dan secara tidak langsung dapat turut memelihara kesehatan fisik maupun kesehatan finansial keluarga," jelas Susatyo Widodo.
Asuransi JAGADIRI sendiri mencatatkan tingkat kesehatan risk-based capital (RBC) berada di angka 944,26%, pada tahun 2023 lalu. Angka tersebut melampaui ketentuan minimum yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebesar 120%. Hal ini menandakan keuangan perusahaan dalam keadaan sehat.