Benarkah Gula Bisa Sebabkan Anak Jadi Hiperaktif?
Ilustrasi (Ali Danaci/Pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Banyak orang tua percaya terlalu banyak gula bisa membuat anak menjadi hiperaktif. Gagasan bahwa gula dapat menyebabkan hiperaktif pada anak-anak berasal dari menu makan populer pada tahun 1970-an yang dibuat oleh seorang dokter anak bernama Dr. Benjamin Feingold.

"Feingold Diet" adalah diet eliminasi yang tidak mengizinkan pewarna buatan, perasa buatan, dan bahan tambahan lainnya yang umum dalam makanan olahan. Feingold percaya bahwa zat aditif ini berkontribusi terhadap hiperaktif dan juga alergi, begitu dilansir VOI dari laman Very Well Parenting, Jumat, 23 Februari.

Meskipun Feingold tidak secara spesifik menyarankan agar orang tua menghilangkan gula dari menu makan harian. Gagasan bahwa segala jenis zat aditif makanan dapat dikaitkan dengan masalah perilaku menyebar dengan cepat.

Faktanya, hal tersebut hanya mitos belaka yang tidak terbukti secara ilmiah. Melansir data Medical News Today, mitos mengenai gula sebagai penyebab hiperaktif pada anak telah dipatahkan oleh berbagai riset ilmiah. 

Salah satu penelitian yang telah membuktikannya adalah riset tahun 1995 yang diterbitkan dalam JAMA. Penelitian tersebut menganalisis temuan 23 percobaan dalam 16 karya ilmiah. Dari hasil analisis data terbukti bahwa gula, khususnya sukrosa, tidak memiliki efek pada perilaku kognitif anak.

Namun, peneliti mencatat bahwa setiap anak memiliki efek yang berbeda-beda ketika mengonsumsi gula. Akan tetapi, hal tersebut tidak memiliki efek signifikan pada perilaku kognitif anak.

Meskipun ada banyak ketakutan terhadap gula yang disebabkan oleh budaya diet, makanan manis sebenarnya tetap dapat dimasukkan ke dalam pola makan sehat untuk anak-anak (dan orang tua mereka!)

Berikut beberapa tips membina hubungan yang sehat dengan makanan, khususnya makanan manis:

  • Hindari memberi label pada makanan sebagai “Baik” atau “Buruk. Ingatkan diri Anda bahwa makanan tidak membawa atau menciptakan nilai moral (misalnya, Anda tidak menjadi baik atau buruk dengan memakan atau menghindari makanan tertentu).
  • Putuskan bagaimana Anda ingin menyajikan makanan manis di rumah. Selain suguhan apa yang Anda sertakan, Anda juga bisa memutuskan seberapa sering dan seberapa banyak makanan manis ingin disajikan. Ini tidak harus berupa peraturan yang keras dan cepat. Biarkan itu menjadi aturan yang cocok dan sesuai dengan keluarga Anda.
  • Pertimbangkan untuk menyajikan makanan manis bersama makanan utama. Dengan cara ini, anak-anak dapat memakan porsi cemilan manis kapanpun mereka mau sehubungan dengan makanannya. Praktik ini juga merupakan latihan yang baik dalam membangun kepercayaan bahwa semua makanan punya nilai yang setara.
  • Tawarkan makanan dan camilan kepada anak-anak dengan jadwal yang dapat diandalkan. Hal ini membantu mereka belajar untuk percaya bahwa mereka tahu kapan kesempatan makan mereka berikutnya.
  • Tawarkan makanan atau camilan sebelum pergi ke pesta atau acara di mana makanan manis akan disajikan. Hal ini memastikan anak tidak terlalu lapar saat menentukan pilihan makanan di pesta. Mereka akan memiliki kesempatan mendengarkan apa yang terdengar enak untuk dimakan dan berhenti makan ketika sudah kenyang.
  • Jangan membicarakan nilai kesehatan makanan manis dibandingkan makanan lain dan jangan membicarakan pola makan, diet, atau aspek budaya diet lainnya di depan anak Anda. Jika anak-anak meminta lebih banyak makanan manis melebihi porsi yang Anda sediakan, cukup katakan, "Hari ini cukup, tapi besok kita bisa makan lebih banyak (atau kapan pun kamu berencana memakannya lagi nanti)."