Psikolog: Korban Kekerasan Seksual Perlu Menceritakan Pengalaman Mereka pada Orang yang Tepat
Arsip foto - Sejumlah aktivis perempuan Korps HMI-Wati menggelar aksi stop kekerasan dan pelecehan seksual terhadap perempuan di Lhokseumawe, Aceh, Kamis (9/12/2021). (Dok. ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Mellia Christia, psikolog klinis dari Universitas Indonesia menekankan pentingnya bagi korban kekerasan seksual untuk berbicara tentang peristiwa yang mereka alami kepada orang yang tepat.

Menurutnya, menceritakan pengalaman tersebut dapat membantu korban menyadari bahwa kejadian tersebut nyata dan layak dilaporkan, bukan disimpan dalam diam.

Mellia mengungkapkan bahwa respons yang diberikan seseorang terhadap korban kekerasan seksual memiliki dampak besar terhadap kondisi emosional korban. Respon yang positif dari seseorang yang dipercayai oleh korban dapat meningkatkan rasa percaya diri korban untuk melaporkan tindakan tersebut.

Psikolog klinis ini juga menyoroti masalah ketidakpercayaan dan kesalahan sikap yang sering kali membuat korban enggan melaporkan kekerasan seksual. Oleh karena itu, Mellia menekankan perlunya memastikan bahwa orang yang dilaporkan korban memiliki kemampuan memberikan respons yang sesuai.

"Yang harus diperhatikan adalah pertama, jangan cenderung menyalahkan korban. Kedua, berani untuk bersama-sama menanggulangi," ujar Mellia, dilansir ANTARA, Sabtu, 25 November.

Mellia juga menekankan pentingnya intervensi dalam menyikapi kekerasan seksual secara menyeluruh di masyarakat. Dia memperingatkan agar masyarakat tidak menyalahkan korban dan mengajak semua pihak untuk bersama-sama menanggulangi masalah kekerasan seksual.

Selain itu, Mellia mengingatkan bahwa kekerasan seksual dapat terjadi pada siapa saja, baik di ruang privat maupun di ruang publik. Oleh karena itu, Mellia mendorong semua orang untuk berani bersuara dan berbicara tentang masalah kekerasan seksual.

Dia juga berharap agar perempuan memiliki keberanian untuk menetapkan batasan terhadap perilaku yang dapat dikategorikan sebagai kekerasan seksual.

"Berani untuk berbicara dan mengungkapkan hal yang tidak menyenangkan atau saat mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan," pungkas Mellia.