Bagikan:

JAKARTA - Yandy Laurens merilis film keduanya sebagai sutradara yaitu Jatuh Cinta Seperti di Film-Film (JESEDEF). Kali ini ia bekerja sama dengan Ernest Prakasa dan Dipa Andika dari Imajinari sebagai rumah produksi.

Ernest mengungkap film yang didominasi warna hitam putih ini menjadi tantangan baginya selaku sineas. Pasalnya, ia sempat mempertimbangkan apakah film ini akan tetap sampai di penonton meski warnanya berbeda.

“Ingat nonton film Siti tahun 2016 dan mungkin itu terakhir kalinya ya nonton film Indonesia hitam putih,” kata Ernest Prakasa pada konferensi pers di Kuningan, Jakarta.

“Tapi itu juga yang menjadi pertimbangan ketika membuat proyek ini. Itu salah satu pengalaman yang membuat aku percaya diri ngerjain film ini,” katanya.

Menurutnya, warna hitam putih dalam film JESEDEF justru membantu penonton untuk fokus dengan cerita dan karakternya.

“Ada janggal ketika filmnya dimulai dan tidak ada warnanya, tapi beberapa menit setelah dilihat, kita sudah terikat dengan karakternya,” kata Ernest.

Yandy Laurens menjelaskan film ini terinspirasi dari cerita sang ibu yang mengalami kehilangan sang ayah. Ide itu kemudian dikembangkan dalam konteks komedi romansa untuk menambah sisi hiburannya.

“Saya ingin menangkap apakah mama punya kesempatan untuk mencintai lagi. Ceritanya berkembang dan mengalami perubahan. Saat pandemi saya sadar saya gak benar-benar mencoba mengerti mama,” kata Yandy Laurens.

“Saya mencoba menerjemahkan bagaimana berkata-kata cinta dalam rom-com itu. Sebagai pembuat film, saya punya kecintaan terhadap sinema. Kalau saya bilang apa adanya, apakah tetap jadi film?” kata Yandy.

JESEDEF mengisahkan Bagus (Ringgo Agus) yang berencana mengangkat kisah hidup Hana (Nirina Zubir) dalam bentuk film. Sayangnya, Bagus mengalami kebingungan setelah tahu Hana belum bisa move on dari kepergian sang suami.

Film JESEDEF akan tayang di bioskop Indonesia pada 30 November 2023.