Bagikan:

JAKARTA - Pandemi COVID-19 membuat pergeseran film dari bioskop ke OTT (Over The Top) semakin nyata. Menurut sutradara Joko Anwar, OTT menjadi jalan keluar distribusi film di masa pandemi ini. 

"Sangat dimaklumi karena bioskop walaupun sudah beroperasi itu dibatasi 25-50 persen. Orang-orang masih takut ada juga yang nggak mau, jadi sangat bisa dipahami produser mencari moda distribusi yang aman terlebih di kala pandemi. Ini sangat wajar ya," Kata Joko Anwar saat berbincang virtual dengan VOI beberapa waktu lalu.

Sebagai sineas Joko mengaku kuatir pandemi akan mengubah gaya penonton menikmati film. "Peralihan penonton dari bioskop ke OTT memang mengkuatirkan karena kalau kita lihat bioskop kosong walaupun kapasitas cuma 25% atau 50%  biar aman, tapi tetap kosong. Sedangkan tempat makan, restoran, cafe, tempat nongkrong masih ramai. Jadi kemungkinan budaya nonton ke bioskop  yang sudah dibentuk 20 tahun ini bisa jadi sudah berkurang karena semakin nyaman dan gampang nonton di rumah lewat OTT. Itu memang sesuatu yang saya kuatirkan saat ini," jelasnya.

Ada tantangan yang bakal disisakan setelah pandemi COVID-19 bisa dikontrol. Misalkan, tahun 2022 bioskop sudah normal, pandemi bisa dikontrol, kapasitas bioskop sudah bisa 100% masyarakat sudah tidak kuatir pergi ke tempat rekreasi termasuk bioskop, Joko kuatir budaya nonton di bioskop sudah rusak. 

"Ini hanya bisa diobati bisa ditanggulangi jika sineas Indonesia menproduksi film untuk layar lebar yang memang layak untuk diperjuangkan penonton untuk pergi ke bioskop untuk nonton film," paparnya. 

Penonton perlu diyakinkan kembali untuk mendapatkan pengalaman menonton yang seru di bioskop, yang tak bisa digantikan oleh tayangan OTT. 

"Jadi film yang ditonton di bioskop harus benar-benar memberikan pengalaman sinematik yang ketika ditonton di bioskop memberi pengalaman berbeda dibanding nonton di kayar kecil. Ini tergantung bagaimana sineas bisa memberikan kebutuhan tersebut kepada penonton," kata Joko Anwar