JAKARTA - Diet vegetarian dapat menurunkan risiko terkena penyakit kardiovaskular karena tidak mengonsumsi protein hewani yang mengandung lemak. Selain menurunkan risiko penyakit kardiovaskular atau penyakit jantung, vegetarian bisa menjadi salah satu diet yang dilakukan dalam keseharian dengan manfaat menurunkan indeks massa tubuh dan membantu menurunkan kadar gula darah dalam tubuh.
“Dengan adanya vegetarian ini karena tidak mengkonsumsi protein hewani lemaknya otomatis, kan, turun, konsumsi sayuran yang banyak diharapkan kebutuhan seratnya jadi bisa terpenuhi,” ucap Dokter spesialis gizi klinis Astrine Permata Leoni, S.Gz., M.Gz dikutip dari ANTARA, Selasa, 3 Oktober.
Dokter spesialis gizi klinis dari Instalasi Pelayanan Gizi RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo itu menambahkan ada beberapa faktor bagi orang menjalani diet vegetarian, antara lain yaitu dorongan dari diri sendiri dan menganut kepercayaan yang mengharuskan tidak mengonsumsi protein dari hewani.
Secara umum, Astrine menyebutkan ada beberapa jenis vegetarian, seperti lacto vegetarian, yaitu orang yang tidak mengonsumsi makanan yang mengandung daging, ikan, unggas dan telur tetapi masih mengonsumsi makanan produk olahan susu seperti keju, yoghurt, mentega dan susu.
Selanjutnya ada ovo vegetarian yaitu orang yang tidak mengonsumsi daging, ikan, unggas dan produk olahan susu, tapi, masih bisa mengonsumsi telur. Selain itu ada lacto ovo vegetarian tidak mengkonsumsi semua jenis daging, tapi, mengkonsumsi telur dan susu.
Sementara itu, orang yang menjadi vegan murni tidak mengkonsumsi daging, ikan, unggas, telur maupun susu serta produk olahan susu lainnya.
“Ada semi vegetarian dan flexitarian yang masih sesekali mengonsumsi daging ikan unggas dan produk olahan susu namun dalam jumlah yang sedikit,” kata Astrine menambahkan
Astrine mengatakan dalam menjalani diet vegetarian angka kecukupan gizi dari protein hewani bisa digantikan dari kandungan protein nabati. Tetapi, ada zat-zat gizi tertentu yang tidak bisa digantikan protein nabati seperti zat besi, yang paling tinggi ada di protein hewani seperti daging.
Meskipun zat besi bisa didapatkan dari protein nabati seperti bayam, sayuran brokoli, tetapi, nilai ketersediaan zat besi yang terkandung didalamnya lebih rendah daripada protein hewani, sehingga bisa menyebabkan kekurangan zat besi.
“Dampaknya bisa terjadi kekurangan zat besi atau defisiensi zat besi, kemudian kalau jangka panjangnya bisa mengalami kekurangan darah atau anemia,” kata dokter lulusan Universitas Diponegoro itu.
Selain itu, orang yang menjalankan diet vegetarian murni bisa saja mengalami kekurangan kalsium dan vitamin D karena tidak mengonsumsi produk susu, terlebih bagi orang-orang yang tinggal di daerah dengan matahari yang lebih sedikit.
Astrine menyarankan bagi orang yang ingin mencoba melakukan diet vegetarian, mereka bisa berkonsultasi terlebih dahulu dengan tenaga kesehatan untuk mencari tahu apakah ada penyakit penyerta yang dapat berpengaruh jika menjalani diet itu.
Jika ingin menerapkan diet vegetarian, seseorang bisa mulai menjadi lacto ovo vegetarian, yaitu masih bisa mengonsumsi protein hewani seperti telur dan susu sebagai salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan protein ataupun zat besi.
BACA JUGA:
Selama menjalani diet vegetarian, Astrine juga menyarankan untuk terus melakukan aktivitas fisik, mencukupi konsumsi air mineral dan menghindari kebiasaan merokok.
Bagi lansia, diharapkan tidak menjalani diet vegetarian jika tidak ada keharusan dan tetap memenuhi nutrisi dengan gizi seimbang. Lansia tidak dianjurkan menjadi vegetarian karena berisiko mengalami berkurangnya masa otot dan membutuhkan asupan protein hewani yang lebih banyak.
“Sekiranya kepercayaannya tidak mengharuskan vegetarian, bisa mengonsumsi atau menggunakan pola makan gizi seimbang yaitu tercukupi makanan pokok yaitu protein hewani, protein nabati, sayur, buah dan juga air dan makanan beragam," kata Astrine.
Dia juga meminta lansia yang ingin mencoba vegetarian untuk berkonsultasi kepada dokter untuk melihat apakah memiliki penyakit penyerta.