Bagikan:

JAKARTA - Setelah berhasil menggarap film KKN Di Desa Penari, Awi Suyadi bersama Manoj Punjabi kembali menampilkan film horor Kisah Tanah Jawa: Pocong Gundul. Film yang diangkat dari kisah nyata dan sudah pernah dibukukan dengan judul yang sama itu siap tayang pada 21 September.

Secara garis besar, film ini menceritakan kisah seorang bocah bernama Hao (Deva Mahenra) yang memiliki kekuatan retrokognisi dan harus berhadapan dengan seorang dukun jahat bernama Walisdi (Iwa K) yang berubah menjadi sesosok Pocong Gundul dengan ditemani oleh sahabat kecilnya Rida (Della Dartyan) demi membasmi terror kejam setiap 10 tahun sekali di sebuah sekolah.

Awi memperkenalkan retrokognisi dengan cara perlahan di awal film untuk menuntun penonton memahami cerita sebelum benar-benar bertemu dengan tokoh antagonis, Pocong Gundul. Meski pelan, namun tensi terjaga dengan selipan humor dan romantisme antara Hao dan Rida.

Memasuki paruh kedua, film Kisah Tanah Jawa: Pocong Gundul tidak lagi basa-basi. Penonton diajak untuk langsung mengikuti petualangan Hao menggunakan kemampuan retrocognisinya untuk membantu sebuah kasus anak hilang di sekolah. Teror mulai datang dengan cepat hingga mencapai klimaks dari film ini.

Flash back digunakan dengan efisien dan tidak bertele-tele. Walsidi yang tenyata pengikut ilmu sudah digambarkan dengan detail dengan perbedaan warna dan gaya berpakaian sehingga masuk akal dan membuat penonton tidak merasa kebingungan mengenai asal usul Pocong Gundul ini berasal.

Pocong dalam budaya nusantara adalah penampakan hantu yang paling menakutkan karena hanya beredar di Indonesia. Film yang diproduseri Manoj Punjabi ini menambah seram penggambaran sosok pocong dengan konsep kain di bagian kepala terbuka dan gundul.

Dari awal film, penonton sudah bisa merasakan ketegangan yang dibangun dengan sempurna oleh Deva Mahenra dan Awi Suryadi sebagai sutradara. Hal ini didukung dengan penempatan jumpscare yang sulit untuk ditebak sehingga penonton tidak bisa menebak-nebak kapan sosok Pocong Gundul tersebut akan muncul. Namun ketika waktu kemunculannya tiba berhasil membuat penonton histeris ketakutan.

Meski berhasil membuat para penonton menjerit ketakutan, Awi Suryadi tetap memasukan humor-humor kecil yang tentu saja sesuai dengan momennya sehingga tidak merusak suasana mencekam dari film itu. Hal ini seakan membuat penonton bisa sedikit 'bernafas' dari teror pembalasan dendam dukun Walisdi.

Penggunaan musik yang tidak berlebih, cenderung memanfaatkan musik dari lahir dari mantra seolah ditata menjadi 'beatbox' juga menarik diikuti apalagi dalam bahasa Jawa.

Film yang memberikan informasi baru kepada penonton terkait kekuatan retrokognisi ini akan menjadi ciri khas dari film yang sudah direncanakan sejak tahun 2019 dan film-film selanjutnya dari Kisah Tanah Jawa. Sebuah film pembuka yang menarik.