Bagikan:

JAKARTA – Quarter life crisis merupakan fase menghadapi ketidakpastian, keraguan, dan kecemasan terutama ketika mempertanyakan tujuan hidup, rencana masa depan serta ujung relasi asmara. Krisis seperempat hidup rata-rata dialami pada usia 25 hingga 33 tahun. Fase usia ini adalah fase ambang dalam menentukan arah dan tujuan hidup secara keseluruhan.

Quarter life crisis mirip dengan krisis paruh baya, seseorang akan melewati periode ketidakpastian dan kurang bersemangat dalam mengejar apa yang telah dicita-citakan. Mengutip pernyataan Cyrus Wiliams, seorang anggota Aosiasi Konseling Amerika di Bradley University.

“Sebagai sebuah budaya, kita semua berpikir bahwa usia 25 adalah tahap terbaik dalam hidup kita –orang-orang ini bahagia, mereka melakukan semua yang mereka inginkan dan itu adalah saat yang menyenangkan dalam hidup.”

Menginjak usia 25 tahun seseorang merasakan kesenangan dan menjalani hal-hal yang ia senangi. Berkerja dan bersenang-senang untuk diri sendiri. Tetapi, usia ini –dalam penelitian yang dilakukan LinkedIn rata-rata terbanyak usia 27 mengalami quarter life crisis. Tujuh hal yang menandai fase krisis seperempat hidup antara lain sebagai berikut.

Membandingkan capaian pribadi dengan capaian orang lain

Rasa kecewa muncul ketika merasa masih ada yang kurang dengan capaian yang telah diraih. Apalagi dengan membanding-bandingkan dengan capaian orang lain yang, tentu saja, tidak bijak sebab setiap orang memiliki impian masing-masing.

Memikirkan hal baik apa yang akan dilakukan

Quarter life crisis ditandai dengan kecilnya hati terutama saat mengidentifikasi tentang hal-hal yang telah dilakukan dan apa rencana ke depan. Ini memang pertanyaan yang tak selesai dijawab dalam semalam. Tetapi, pertanyaan tersebut terus bergelayut sebab merasa selalu ada yang kurang.

Merasa bingung menetapkan prioritas

Pilihan antara memilih menapaki puncak karier atau menjalani hal yang disenangi seringkali membuat seseorang ragu. Kadang timbul kebingungan hingga merasa tidak punya prioritas karena berbagai yang ingin dicapai.

Dihantui standar-standar di lingkungan sosial

Si A sudah punya rumah, si B sudah punya usaha, dan lain sebagainya. Belum lagi penilaian orang tentang gaji, pekerjaan, pernikahan, dan kesuksesan. Ini paling jadi hantu bagi generasi yang memasuki usia puncak kedewasaan. Standar di lingkungan sosial sangat menekan hingga membuat cemas dan untuk mencapai standar tersebut tidak akan bikin bahagia.

di atas perahu
Ilustrasi di atas perahu (Pexels/Anatolii Kiriak)

Meragukan diri sendiri

Keraguan di satu sisi bersifat mengevaluasi dan membangun. Tetapi, pada quarter life crisis dapat menurunkan rasa percaya diri. Bahkan keraguan dapat mematikan langkah-langkah kecil menuju tempat yang ingin dituju.

Pesimistis

Harapan menipis karena sering menemukan kenyataan yang tidak diinginkan. Ini juga dialami pada fase quarter life crisis. Inginnya menggeluti jenjang karier yang sesuai passion tetapi terhenti seketika saat menangkap keringnya kesempatan.

Mengalami hal di atas bergelayut dalam salah satu fase hidup Anda? Tenang, berdasarkan penelitian, keraguan dan kecemasan dialami oleh hampir setiap orang. Anda hanya perlu berdiri di tempat kaki berpijak dan menyalakan secercah cahaya.