YOGYAKARTA – Menyambut Hari Anak Nasional pada 23 Juli, kesadaran akan menjadi orang tua yang bisa memenuhi kebutuhan anak dan mendukung tumbuh kembangnya secara optimal, perlu dibangun sejak dari merencanakan kehamilan.
Orang tua perlu mempersiapkan diri, yang mana dapat menciptakan lingkungan sehat bagi buah hatinya. Seperti halnya disampaikan oleh dokter anak I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, SpA. MARS. dalam acara Media Briefing Virtual: Sambut Hari Anak Nasional 2023, Mari Bersama Penuhi Hak dan Wujudkan Perlindungan Anak yang digelar siang tadi, Kamis, 20 Juli. Bahwa sebenarnya kebutuhan anak tidak neko-neko, namun ortu harus mempersiapkan kesehatan sejak kehamilan. Lebih lengkapnya lagi, simak poin-poin berikut di bawah ini.
1. Membentuk lingkungan yang sehat
Lingkungan yang sehat membentuk pola hidup anak yang sehat pula. Untuk menciptakan lingkungan sehat, orang tua perlu memeroleh edukasi sejak masa kehamilan, menyusui, hingga anak bisa mandiri nantinya. Penting dipahami, bahwa lingkungan sehat dibentuk lewat kebiasaan orang tuanya. Maka, untuk menciptakan lingkungan sehat untuk anak-anak, orang tua juga perlu memiliki gaya hidup yang sehat pula.
2. Memahami nutrisi yang dibutuhkan bayi
Pada usia bayi 0-6 bulan, ASI adalah makanan utama. Karena pada usia tersebut pencernaan bayi masih berkembang, maka ibu menyusui perlu mengonsumsi makanan bernutrisi sehingga bisa diserap bayi lewat ASI. Kebutuhan bayi akan cairan juga 100 persen dipenuhi lewat ASI. Terang dokter Tiwi, ASI adalah nutrisi terbaik untuk bayi terutama di bulan-bulan awal setelah kelahiran. Setelah bayi mencapai usia 6 bulan, bisa didampingi dengan makanan pendamping ASI (MPASI).
3. Pahami porsi MPASI yang dibutuhkan bayi
Pada anak usia 6-12 bulan, mereka harus mendapat karbohidrat sebagai sumber energi. Namun, perlu juga diimbangi dengan protein serta lemak, yang pada usia sebelumnya dicukupi lewat ASI. Tambah dokter Tiwi, ortu boleh memberikan sayuran dan buah, tetapi utamakan dulu makanan yang sulit diterima anak.
Anak cenderung lebih mudah menerima makanan manis, seperti buah. Maka untuk mengantisipasi supaya anak tidak jadi pemilih, berikan makanan berprotein dulu. Seperti ikan dan telur, kemudian setelah terbiasa dengan makanan berprotein dan lemak, baru kenalkan buah dan sayur.
Mengingat pentingnya mengukur nutrisi pada makanan anak usia MPASI, ortu perlu mengkurasi makanan untuk mereka setiap hari. Seperti halnya penjelasan Antonia Adega, Corporate Affairs Lead Tokopedia, ortu bisa mencari kebutuhan anak yang mendukung tumbuh kembangnya di toko online yang terkurasi oleh fitur e-commerce Tokopedia Parents. Pasalnya, tidak hanya produk yang terkurasi namun juga mendapatkan rekomendasi seller terdekat dengan lokasi. Dengan begitu, ortu bisa mudah menemukan makanan pendamping ASI seperti produk rumahan dari Kids Spoon. Anak Agung Sri Anjani, pemilik usaha produk rumahan tersebut, memaparkan bahwa produknya terkurasi mulai dari bahan yang dipakai, kandungan gizi yang dibutuhkan anak, hingga aman karena tidak mengandung pengawet.
Secara spesifik, dokter Tiwi menjelaskan “Porsi protein setiap makan sebanyak 1 telapak tangan bayi. Sedangkan karbohidrat sebanyak 2 telapak tangan. Misalnya mengenalkan sayur, boleh memberikan 1 lembar bayam dalam satu porsi makan.”
4. Memberikan stimulasi pancaindra
Pada bayi yang baru lahir, ortu perlu memberikan stimulasi pancaindra sesuai perkembangan dan usianya. Bayi yang baru lahir, karena pancaindra masih berkembang, saran dokter Tiwi, prinsipnya bisa memberikan stimulasi dari tubuh sang ibu. Misalnya lewat sentuhan, saling merasakan detak jantung saat mengASIhi, dan lewat suara. Kemudian bisa menstimulasi dengan gerakan motorik.
Semakin usianya bertambah, stimulasi bertambah kompleks. Yaitu mulai menstimulasi dengan gerakan motorik kasar sampai motorik kalus. Penting pula disadari, pengasuhan anak dari usia 1-5 tahun sangat penting. Pada usia 1-2, peran orang tua paling utama untuk membangun kelekatan. Bagi orang tua yang bekerja, mulailah mempertimbangkan prioritas dan meluangkan waktu untuk anak pada pagi, sore setelah pulang kerja, dan akhir pekan.
BACA JUGA:
5. Mengembangkan minat baca buku untuk membatasi screen time
Membaca adalah cara untuk mendapatkan pengetahuan. Membaca penting tak hanya mendapatkan pengetahuan, bagi orang tua, membaca juga membentuk kebiasaan anak pada minat yang sama. Mengenalkan budaya membaca, sebenarnya bisa dimulai dari sejak kehamilan, tutur Devi Raissa, pemilik usaha Rabbit Hole dan psikolog anak. Ibu dan ayah bisa membacakan buku sejak si kecil masih dalam kandungan.
Seiring bertambahnya usia, ortu bisa mendapatkan buku sesuai kemampuan dan pertumbuhan anak. Rekomendasinya, pada usia 0-6 bulan kenalkan buku dengan warna kontras. Tentu dengan konten atau isi yang sederhana. Pada usia anak 1-3 tahun, ortu bisa memfasilitasi anak dengan buku-buku yang mengulas sisi emosional dan bergambar sesuai usia. Anak usia Batita dan Balita, ortu bisa memberikan buku dengan flap dan pop-up.
Melalui tips di atas, Anda sebagai orang tua bisa menyerap sebagai inspirasi dalam memenuhi kebutuhan anak. Anda juga bisa mengembangkan langkah-langkah yang sesuai dengan preferensi keluarga.