Hubungan Berpasangan yang <i>Mindful</i>, Menurut Penelitian: Lebih Bahagia dan Sehat Mental
Ilustrasi hubungan berpasangan yang mindful atau penuh perhatian (Freepik)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Mindful atau penuh perhatian merupakan salah satu variable dalam hubungan berpasangan yang oleh peneliti dikaitkan dengan kesehatan mental dan kebahagiaan hubungan. Dr. Tasha Seiter MS., Ph.D., MFTC., mengatakan bahwa kemitraan yang penuh perhatian menggambarkan seberapa penuh kehadiran mereka ketika bersama pasangannya.

Sejumlah penelitian mendukung bahwa mindfulness dikaitkan dengan kesehatan mental lebih baik. Termasuk meminimalisir depresi dan kecemasan yang lebih rendah. Dalam penelitiannya, pelatih hubungan dan komunikasi, Seiter, melihat apakah hal ini berlaku dalam hubungan berpasangan.

Hasil penelitian Seiter, dilansir Psychology Today, Senin, 6 Maret, menunjukkan bahwa kesadaran emosional pasangan, peneliriaan, kasih sayang yang disengaja, dikaitkan dengan kecemasan yang lebih rendah. Meskipun peneliti tidak dapat menentukan apakah mindful dilakukan secara sadar yang berefek positif menyebabkan tingkat kecemasan dan depresi lebih rendah. Tetapi peneliti ingin menunjukkan bahwa kemitraan yang mindful berkaitan dengan kesehatan mental yang baik.

hubungan berpasangan yang mindful
Ilustrasi hubungan berpasangan yang mindful atau penuh perhatian (Freepik)

Sampel penelitian mencakup pria, kebanyakan kulit putih. Sehingga peneliti harus memperluas sampel dengan lebih beragam. Tetapi temuan penelitian ini menunjukkan bahwa koneksi yang berkualitas merupakan aspek penting untuk berkembang dalam hidup. Faktanya, ada banyak penelitian yang menghubungkan hubungan berpasangan yang baik dengan kebahagiaan dan kesehatan mental lebih baik. Terutama, bagi pasangan yang menikah dan telah lama berkomitmen.

Di luar penelitian Seiter, penelitian juga pernah dilakukan selama 80 tahun pada 268 pria di Harvard. Penelitian ini menyelidiki faktor apa saja yang berkorelasi dengan kebahagiaan lebih besar, sedikit tekanan mental, dan kesehatan fisik yang lebih baik. Variabel prediktor termasuk mencatat susunan genetik, tingkat pendapatan, IQ, dan pencapaian pendidikan. Namun ada satu elemen yang menjadi kekuatan paling besar dalam membedakan mereka yang berkembang daripada mereka yang tertekan hingga usia 90-an. Elemen tersebut adalah kualitas hubungan mereka. Kepala peneliti, George E. Vaillant mengatakan, mayoritas pria yang berkembang menemukan cinta dan kerena itulah mereka berkembang.

Lewat penelitian ini pula, Seiter merekomendasikan pada banyak pasangan. Bahwa jika ingin menjalani kehidupan dengan penuh vitalitas hingga senja nanti, artinya bukan hanya pola hidup sehat yang harus dijalani. Tetapi juga memperbaiki hubungan sehingga sama-sama menyehatkan secara mental.