Bagikan:

JAKARTA - Banyak orang menganggap meditasi sebagai waktu menenangkan diri dan kesempatan menemukan keseimbangan emosional. Menurut penelitian, melakukan praktik meditasi punya manfaat lebih dari itu. Yakni, mengurangi emosi negatif, meredakan kecemasan, menenangkan keramaian dan hiruk pikuk yang berkelebat di pikiran, serta membuat emosi-emosi yang selama ini terpendam dalam diri, mencuat ke permukaan.

Emosi yang tersimpan ini bisa jadi emosi yang gagal Anda ungkapkan atau bisa jadi emosi ini terlalu sulit dihadapi. Dengan adanya meditasi, emosi-emosi tersebut pun menyeruak keluar bahkan tanpa Anda sadari. Karena luapan dan gejolak emosi tak dapat dibendung, akhirnya Anda pun menangis. 

Melansir Very Well Mind, Rabu, 1 Maret, menangis saat meditasi bisa jadi hal positif sebab Anda jadi mengenal, berproses, serta belajar sesuatu tentang diri Anda. Namun, jika deraian air mata yang keluar saat meditasi jadi makin deras dan Anda bingung bagaimana mengatasinya, tak perlu panik. VOI, sajikan cara mengatasi tangisan berlebih saat meditasi.

Pahami Bahwa Menangis Bukan Hal yang Buruk

Sebagian besar orang diajari bahwa menangis adalah semacam tanda kelemahan. Bahwa itu hanya sesuatu yang dilakukan anak-anak, dan ketika usia bertambah tua, orang dewasa perlu menjaga emosi  tetap stabil. Sebenarnya, menangis bukanlah tanda kelemahan sama sekali. Merasakan kesedihan adalah bagian dari menjadi manusia dan belajar bagaimana mengungkapkannya itu penting serta jadi cara yang terapeutik.

Belajar Menerima Emosi

Banyak orang berpikir bahwa meditasi berarti memiliki pikiran yang jernih dan bebas dari pikiran dan perasaan apapun. Tapi itu bukan cara kerja meditasi. Tujuan meditasi bukanlah untuk melenyapkan pikiran atau perasaan sepenuhnya, tetapi untuk dapat menerima semua perasaan tersebut begitu mereka datang. Sekali lagi, tujuan belajar meditasi bukan untuk melupakan namun melepaskan.

Luangkan Waktu Memproses Pengalaman Anda

Ketika meditasi menimbulkan emosi yang kuat dalam diri, coba luangkan waktu untuk merenungkan dan memproses apa yang terjadi. Termasuk berbicara dengan teman atau berhubungan dengan konselor atau terapis kesehatan mental untuk menjernihkan pikiran dan pemikiran Anda.

Anda juga dapat mempertimbangkan membuat jurnal untuk membantu memproses pengalaman tersebut. Ambil buku harian, setel pengatur waktu selama 10 menit, dan tulis saja apa pun yang terlintas dalam pikiran. Anda tidak perlu menunjukkan ini kepada siapa pun. Menuliskan pikiran dan perasaan setelah menangis dapat membantu Anda memahami diri sendiri dengan lebih baik dan lebih memahami makna di balik emosi tersebut.