YOGYAKARTA – Ibu hamil bisa mengalami komplikasi kehamilan saat mengandung. Salah satunya berupa preeklamsia pada ibu hamil. Kondisi tersebut perlu segera mendapatkan penanganan dokter untuk meminimalisir hal-hal yang tak diinginkan.
Mengenal Preeklamsia Pada Ibu Hamil
Dilansir dari situs resmi Universitas Gadjah Mada Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, preeklamsia adalah sebuah kondisi yang terjadi pada ibu hamil karena tidak terkontrolnya tekanan darah tinggi. Preeklamsia juga bisa terjadi karena protein dalam urin berlebih yang terjadi setelah usia kandungan adalah 20 minggu lebih.
Ibu hamil yang mengalami preeklamsia harus segera ditangani oleh tenaga medis agar tak berdampak buruk pada ibu hamil maupun janin. Ancaman paling besar yang bisa terjadi adalah kehilangan nyawa.
Penyebab Preeklamsia
Kehamilan yang berisiko mengalami preeklamsia adalah usia ibu hamil di bawah 20 tahun atau lebih dari 40 tahun. Sedangkan penyebab preeklamsia hingga saat ini belum diketahui secara pasti.
Dikutip dari Alodokter, kondisi preeklamsia diduga terjadi karena adanya kelainan pada perkembangan dan fungsi plasenta atau organ yang bertugas menyalurkan darah dan nutrisi kepada janin. Kelainan akan memicu pembuluh darah mengecil hingga terjadi reaksi tertentu pada tubuh ibu hamil pada perubahan hormon.
Ada beberapa penyebab kuat terjadinya preeklamsia yakni sebagai berikut.
- Punya riwayat sakit ginjal, diabetes, hipertensi, penyakit autoimun, dan gangguan darah
- Adanya riwayat preeklamsia baik pada ibu hamil maupun keluarga dekat
- Faktor kehamilan pertama
- Kelainan plasenta
- Kehamilan yang terjadi dengan jeda kurang dari 2 atau lebih dari 10 tahun
- Mengandung bayi kembar
- Mengalami gemuk berlebihan
- Kehamilan bayi tabung
- Ras
Gejala Preeklamsia
Preeklamsia bisa diam-diam dialami oleh ibu hamil. Namun kondisi tersebut bukan berarti tanpa gejala. Adapun gejala awal yang bisa dirasakan adalah sebagai berikut.
- Pandangan kabur atau muncul binti-bintik dalam pandangan
- Merasa nyeri berat di kepala
- Darah tinggi
- Bengkak pada kaki, tangan, dan wajah.
- Merasa nyeri di ulu hati
- Punggung bawah dan bahu nyeri
- Sering mual dan muntah
- Intensitas buang air kecil dan produktivitas urine turun
- trombosit turun
- Gangguan fungsi hati.
- Sesak napas.
- Berat badan naik drastis
- Gangguan reflek tubuh atau hiperefleksia
- Sesak napas
- Detak jantung kerap berdebar cepat
- Penumpukan cairan di paru-paru
BACA JUGA:
Penanganan Preeklamsia
Harus digarisbawahi bahwa ibu hamil harus berada di bawah pengawasan tim medis saat kondisi preeklamsia. Dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan dan observasi untuk memastikan kondisi ibu hamil.
Sedangkan pengobatan preeklamsia biasanya akan disesuaikan dengan banyak hal seperti seberapa parah kondisi kesehatan hingga berapa usia kehamilan ibu. Biasanya penderita preeklamsia dianjurkan melajirkan janin lebih dini saat usia kehamilan hampir 37 minggu atau lebih. Dokter juga akan memberikan beberapa obat-obatan.
Penderita preeklamsia akan dirawat di rumah sakit agar dokter bisa memantau kesehatan janin maupun sang ibu. Serangkaian tes juga akan dilakukan seperti tes darah, NST, juga USG rutin. Pemantauan kesehatan ini juga dilakukan setelah proses kelahiran terjadi.
Itulah informasi terkait preeklamsia pada ibu hamil. Untuk mendapatkan informasi menarik lain kunjungi VOI.ID.